Al-Qur’an dan Takdir Jerusalem
“… tetapi jika kalian kembali (pada pelanggaran syarat pewarisan Tanah Suci), niscaya Kami pun akan kembali (menimpakan hukuman Kami, yaitu kalian akan diusir lagi dan lagi)…” (al-Qur’an, Bani Israel, 17: 8)
Nabi Muhammad bersabda:
“Kenabian akan bertahan di tengah-tengah kalian selama Allah
kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu ada Khilafah yang sesuai
dengan jalan kenabian selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya.
Setelah itu ada pemerintahan turun-temurun dan itu bertahan selama Allah
kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu ada penindasan yang
pahit dan itu bertahan selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya.
Setelah itu akan ada Khilafah yang sesuai dengan jalan kenabian lalu Nabi
terdiam.” (Musnad, Ahmad bin
Hanbal)
Setelah menghukum
umat Yahudi dengan mengusir mereka dari Tanah Suci untuk yang kedua
kalinya, Allah Maha Tinggi menyatakan kehendak-Nya untuk tetap menghukum
mereka jika mereka tetap menodai Tanah Suci dengan pelanggaran syarat
keimanan dan perbuatan baik:
“…
tetapi jika kalian kembali (pada pelanggaran syarat kepemilikan Tanah Suci), Kami
akan kembali (menimpakan hukuman Kami, yaitu kalian akan diusir lagi dan
lagi)…” (al-Qur’an,
Bani Israel, 17: 8)
Takdir Jerusalem
dengan jelas tertulis pada peringatan dalam al-Qur’an di atas. Apapun hasil
persetujuan antara wakil nasionalis sekuler penduduk Palestina dengan nasionalis
sekuler Euro-Yahudi yang dianggap mewakili ‘keturunan’ Ibrahim (‘alayhi salam) yakni Bani Israel, takdir Jerusalem
dengan jelas ditentukan oleh konteks
ketidakbertuhanan, dekadensi, dan penindasan yang sekarang mencemari Tanah Suci.
Yang paling menonjol adalah keadaan tidak bertuhan dengan meninggalkan
cara hidup religius. Editorial dalam surat kabar The Jerusalem
Post telah mengatakan
tentang hal itu bahwa: Untuk begitu banyak penduduk Israel,
keyahudian sudah dianggap sebagai sistem yang kuno, primitif, dan tidak relevan
dalam persaingan usaha demi mendapatkan kekuatan dan pendanaan, dan bahkan
merupakan sumber rasa malu bagi masyarakat modern yang berorientasi
pada intelektual. (Jerusalem
Post, 12 September 2000)
Di antara
‘Tanda-tanda’ Tuhan yang ditunjukkan kepada Nabi Muhammad (shollallahu
‘alayhi wassalam) dalam
mukjizat perjalanan malamnya mengunjungi Jerusalem adalah
tentang takdir Jerusalem. Tidak mengejutkan jika masalah ini tampaknya luput dari
perhatian Daniel Pipes, yang seperti banyak orang Yahudi
lainnya, tidak
mendengar ‘batu’ intifada yang mulai berbicara di Tanah Suci. Al-Qur’an dengan
jelas menetapkan takdir Jerusalem bahwa umat Muslim akan melanjutkan
kekuasaan mereka atas Jerusalem yang dimulai dengan cepat setelah
kematian Nabi (shollallahu
‘alayhi wassalam), dan berlanjut
tanpa ada gangguan selama
beberapa ratus tahun. Saat pasukan Perang Salib Euro-Kristen menaklukan Jerusalem,
mereka hanya dibolehkan berkuasa dalam periode singkat selama delapan puluh
tahun hingga takdir Jerusalem berlaku, pasukan Muslim mengalahkan pasukan
Perang Salib dan kekuasaan Muslim atas Tanah Suci berlanjut kembali.
Lagi-lagi itu berlangsung tanpa ada gangguan selama ratusan tahun hingga saat,
dengan rencana Tuhan, umat Yahudi dibawa kembali ke Tanah Suci. Sepertinya
kekuasaan umat Yahudi juga akan berusia delapan puluh tahun, dan Allah Maha Tahu.
Pasukan Muslim kemudian akan mengalahkan umat Yahudi, dan kekuasaan
Muslim akan direstorasi. Allah Maha Tinggi menyatakan:
“Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman (pada Islam) dan yang berperilaku
saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka pewaris Tanah (Suci),
sebagaimana Dia telah memberinya kepada orang-orang sebelum mereka (yaitu
kepada umat Yahudi), dan Dia akan meneguhkan agama mereka (Islam) berkuasa
(di Tanah Suci), agama yang Dia pilih untuk mereka, (al-Maidah, 5:
3), dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan mereka) setelah berada dalam
ketakutan menjadi (hidup) aman dan damai. Mereka (tetap) menyembah-Ku
(saja) dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Barang siapa yang
menolak keimanan setelah ini, maka mereka itulah orang-orang yang Fasik (durhaka
dan jahat).” (al-Qur’an,
an-Nur, 24: 55)
Saat al-Qur’an
menyebut ketakutan yang dialami orang-orang beriman, itu pasti termasuk
penindasan keras Israel di Tanah Suci. Ayat al-Qur’an juga menerangkan bahwa
yang berhak mewarisi Tanah Suci adalah umat Muslim yaitu orang-orang yang
menyembah Allah saja dan tidak melakukan syirik. PLO tidak termasuk dalam
komunitas yang masih beriman hanya pada Allah Maha Tinggi.
Janji al-Qur’an ini
juga dikonfirmasi oleh Nabi (shollallahu
‘alayhi wassalam) dalam Hadits berikut:
“Abu Hurairah melaporkan bahwa Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) bersabda:
Benderabendera hitam akan muncul dari Khorasan (wilayah yang sekarang
adalah Afganistan, Pakistan, dan sebagian kecil Iran dan Asia Tengah), dan
tidak akan ada daya yang mampu menghentikan mereka hingga mereka memasuki Aelia
(Jerusalem).” (Sunan Tirmidzi) Al-Qur’an juga
memberikan pembenaran moral untuk ‘perjuangan bersenjata’.
Tuhannya Ibrahim
sendiri menyatakan bahwa Dia mengijinkan peperangan dengan tujuan melawan
penindasan ketika suatu masyarakat dipaksa keluar dari rumah dan tanah
mereka di mana mereka tinggal tanpa alasan yang benar selain karena mereka adalah
Muslim:
“Diijinkan
bagi orang-orang yang diperangi (untuk melawan), karena sesungguhnya
mereka dizalimi (diperlakukan dengan tidak adil) dan sungguh, Allah
Maha Kuasa untuk menolong mereka itu,” “(mereka
adalah) orang-orang yang diusir dari rumah-rumah mereka tanpa alasan
yang benar, hanya karena mereka berkata,”Tuhan kami ialah Allah”…” (al-Qur’an,
al-Hajj, 22:39-40)
Adalah
takdir Jerusalem bahwa pasukan Muslim akan menghancurkan Negara
Israel dan al-Masih kemudian akan memimpin umat manusia dari
Jerusalem sebagai Pemimpin yang Adil. ‘Isa
al-Masih (‘alayhi
salam), akan ‘memimpin’ dunia
dari Negara Islam yang pada saat itu akan didirikan di Tanah Suci, di tempat
Negara Zionis Yahudi Israel Gadungan berada. Selain itu, takdir
Jerusalem sebelum hal di atas terjadi, yaitu Negara Yahudi Israel akan menjadi
‘negara penguasa’ dunia. Israel akan menguasai dunia selama periode kehidupan
Dajjal sehari
seperti sepekan. Pada
akhir dari periode itu, al-Masih Palsu kemudian
akan muncul dalam dimensi harinya
sama dengan hari kita. Pada saat itu air di Laut Galilee
telah mengering. Dajjal akan ‘memimpin’ dunia dari Jerusalem
dan berhasil melaksanakan misinya menyamar sebagai al-Masih. Setelah Dajjal
muncul dalam wujud manusia, kemudian Imam al-Mahdi muncul.
Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) bersabda tentang peristiwa ini dalam
Hadits berikut:
“Nabi Muhammad bersabda: Kenabian akan bertahan di
tengah-tengah kalian selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu
ada Khilafah yang sesuai dengan jalan kenabian selama Allah kehendaki, kemudian Allah
mengangkatnya. Setelah itu ada pemerintahan turun-temurun dan bertahan selama Allah
kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu ada penindasan yang pahit
dan itu bertahan selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu
akan ada Khilafah yang sesuai dengan jalan kenabian lalu Nabi terdiam.” (Musnad Ahmad bin Hanbal)
Dajjal akan menyerang
Imam di Damaskus, dan ‘Isa (Jesus) al-Masih Asli kemudian turun dan
membunuh Dajjal al-Masih Palsu. Setelah Dajjal dibunuh, pada saat itulah yang
terakhir dari Ya’juj dan Ma’juj dilepas dan mereka melewati Laut Galilee
berkata, “dulu
pernah ada air di sini.” Ya’juj
dan Ma’juj akan mengejar ‘Isa
al-Masih sampai ke gunung di Jerusalem dan Allah akan memerintahkan ‘Isa (‘alayhi salam) menaiki gunung tersebut. Ya’juj dan
Ma’juj kemudian akan berseru
dengan angkuh bahwa mereka telah membunuh orangorang yang ada di bumi lalu
mereka akan membunuh orang-orang yang ada di langit. Mereka
menembakkan anak panah mereka ke atas langit dan Allah menjadikan anak panah
mereka kembali kepada mereka dengan berlumuran darah. Kemudian, ‘Isa
al-Masih akan berdoa agar Allah menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj dan Allah
akan menghancurkan mereka dengan serangga-serangga yang menyerang bagian
belakang leher mereka.
Saat Ya’juj dan
Ma’juj dibinasakan, Tatanan Dunia kulit putih yang berkuasa akan ambruk dan
keajaiban ilmu pengetahuan dan teknologi dunia modern akan runtuh. Buku ini
memperkirakan bahwa peristiwa tersebut akan terjadi tidak lebih dari lima puluh
tahun lagi. Pada saat itulah pasukan Muslim akan muncul dari Khorasan
kemudian menghadapi umat Yahudi pada pertempuran darat. Nabi (shollallahu
‘alayhi wassalam) menyatakan
dalam sebuah Hadits yang ada dalam Sahih Bukhari dan
Sahih Muslim bahwa umat Muslim akan memerangi umat Yahudi:
“Kalian pasti akan memerangi umat Yahudi, dan kalian pasti
akan membunuh mereka. (Dan ini akan berlanjut) hingga (bahkan) batu-batu akan
berbicara (mengatakan): Wahai Muslim! Ada orang Yahudi bersembunyi di belakangku. Datang
dan bunuhlah dia.” (Sahih Bukhari)
“Dari Abu Hurairah: Rasulullah bersabda: Hari Kiamat tidak
akan datang hingga umat Muslim memerangi umat Yahudi. Umat Muslim akan membunuh
mereka hingga umat Yahudi akan bersembunyi di balik batu atau pohon, dan batu
atau pohon tersebut akan berkata: Muslim, atau Hamba Allah, ada orang Yahudi di
belakangku; datang dan bunuhlah dia. Tetapi pohon Gharqad tidak akan berkata
(seperti itu), karena itu adalah pohon umat Yahudi.” (Sahih Muslim)
Sesungguhnya pada
zaman ini, menentukan sarjana-sarjana Islam yang tidak mampu menyediakan
petunjuk yang benar adalah masalah yang sederhana. Mereka adalah
sarjana-sarjana yang tidak akan pernah menyampaikan Hadits di atas kepada publik. Takdir Jerusalem
memberikan kepercayaan diri dan harapan besar kepada umat Muslim bahwa
kebenaran akan menang melawan kebatilan dan penindasan.