Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
مَنۡ عَمِلَ
صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ
طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧
Dari Abbas bin Abdil Muttholib bahwasanya ia mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya:
"Telah merasakan manisnya iman, siapa yang ridho Allah sebagai
Robnya, dan Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai nabi dan rasul"
(HR Muslim)
Sesungguhnya barang siapa yang ridho Allah sebagai Robnya maka ia akan
mencintaiNya dan bertawakkal kepadaNya serta memohon pertolongan kepadaNya. Ia
merasa cukup denganNya, ia tidak akan meminta kepada selainNya, karena seluruh
selainNya adalah lemah dan tidak mampu. Barangsiapa yang tidak merasa cukup
dengan Allah maka tidak sesuatupun yang akan mencukupkannya, dan barangsiapa
yang merasa cukup dengan Allah maka ia tidak akan butuh kepada apapun, dan
barangsiapa yang merasa mulia dengan Allah maka ia tidak akan hina kepada
sesuatupun.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Az Zumar:36
أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُۥۖ
Bukankah Allah cukup untuk hamba-hamba-Nya. (QS Az-Zumar : 36)
Barangsiapa yang ridho Muhammad sebagai Rasul maka ia akan mencukupkan
Muhammad sebagai tauladannya dan pemimpinnya, serta pemberi arahan baginya, dan
ia akan semangat untuk mempelajari sejarahnya dan menjalankan sunnahnya.
Barangsiapa yang ridho Islam sebagai agama maka ia akan merasa cukup
dengan Islam, ia akan menjalankan kewajiban-kewajiban dalam Islam, menjauhi
yang dilarang, dan meyakini bahwa semua yang ada dalam ajaran islam adalah
benar, adil, dan petunjuk.
Iman memiliki rasa manis yang tidak bisa dirasakan kecuali bagi orang
yang beriman. Sebagaimana menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari,
manisnya madu hanya akan dirasakan oleh orang yang sehat, sedangkan orang yang
sakit kuning tidak mampu merasakan manisnya. Demikian pula manisnya iman. Ia
hanya didapatkan oleh orang-orang yang imannya "sehat". Diantaranya
adalah yang memenuhi kriteria yang disebutkan dalam penggalan hadits dari anas
bin malik radhiallahu 'anhu:
Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
"Tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia akan
merasakan manisnya iman, (1) Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada
selainnya, (2) Ia mencintai seseorang dan ia tidak mencintainya kecuali karena
Allah, dan (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci
dilemparkan ke neraka" (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Manisnya iman harganya mahal, dan memberi pengaruh yang diberkahi.
Harga manisnya iman adalah " Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada
selainnya ". Yaitu Allah dalam bacaan qur'annya dan Nabi dalam sunnahnya
lebih dicintai oleh seorang mukmin daripada selain keduanya. Tatkala
bertentangan antara kemaslahatanmu dengan syari'at maka engkau mendahulukan
kepentingan syari'at dan keridhoan Allah, engkau memilih ketaatan kepada Allah
dan RasulNya daripada mengikuti hawa nafsu dan yang lainnya.
Cinta kepada Rasulullah maksudnya adalah seorang muslim tidaklah
menerima sesuatupun baik perintah maupun larangan kecuali dari ajaran Nabi
shallallahu 'alahi wasallam, ia tidak menempuh kecuali jalan Nabi hingga ia
tidak menerima sedikitpun keberatan terhadap keputusan Nabi, serta ia berhias
dengan akhlak Nabi dalam hal kedermawanan, mendahulukan orang lain, kesabaran,
tawdhu, dan yang lainnya.
Dan diantara harga manisnya Iman "Ia mencintai seseorang dan tidaklah
ia mencintainya melainkan karena Allah", ini maksudnya adalah seorang
mukmin menjalin hubungannya diatas pondasi keimanan. Ia mencintai kaum mukminin
meskipun mereka adalah orang-orang yang lemah dan fakir, dan ia membenci para
pelaku kemaksiatan dan kaum musyrikin meskipun mereka adalah orang-orang yang
kuat dan kaya.
Hakikat dari mencintai karena Allah adalah kecintaannya tidak
bertambah karena kebaikan orang lain dan tidak berkurang karena sikap kaku
orang lain. Dan makna persaudaraan dalam Islam yang tidak akan murni dan kokoh
kecuali jika persaudaraan tersebut karena Allah dan dalam keridhoan Allah.
Persaudaraan Islam yang benar tidak akan merasakan manisnya iman kecuali jika
melazimi ketakwaan. Allah berfirman
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ
بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (QS Al-Hujuroot : 10)
Allah juga berfirman: ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ
لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ ٦٧
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS Az-Zukhruf : 67)
"Dan ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci
untuk dilemparkan ke neraka", disana ada orang yang beribadah kepada Allah
dengan berada di tepi, Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke
belakang, rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian
yang nyata.
Jika datang dunia maka iapun beriman, akan tetapi jika dunia pergi
darinya maka iapun berlepas diri dari keimanan dan kembali kepada kondisinya
semula.
Seorang mukmin yang benar, tidaklah terpengaruh dengan datang dan
perginya dunia, hatinya kokoh, ia selalu dermawan dalam kondisi susah dan
senang, dan kondisi miskin dan kaya, sehat dan sakit.
Orang-orang
yang merasakan kelezatan iman mereka menyebutkan tentang kelezatan tersebut.
Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh ada waktu-waktu kebahagiaan
yang lewat di hati, aku katakan jika
seandainya penghuni surga dalam kondisi seperti ini, maka sungguh mereka dalam
kenikmatan". Yang lain berkata, "Sesungguhnya di dunia ada surga,
barangsiapa yang tidak masuk ke dalamnya maka ia tidak akan masuk ke dalam
surga akhirat". Yang ketiga berkata, "Sesungguhnya keimanan memiliki
kegembiraan dan kelezatan di hati, barangsiapa yang tidak merasakannya maka ia
telah kehilangan imannya atau kurang imannya.
Diantara mereka yang merasakan manisnya iman adalah Khubaib bin 'Adiy
radhiallahu 'anhu –yang tertawan oleh kaum musyrikin-. Dikatakan kepadanya,
"Apakah kau suka jika Muhammad menggantikan posisimu dan engkau dalam
kondisi selamat bersama keluargamu". Tatkala itu ia hampir dibunuh dengan
disalib. Maka beliau berkata, "Demi Allah, aku tidak suka jika aku bersama
istri dan anak-anakku, dan aku memiliki dunia dan kenikmatannya sementara
Rasulullah tertusuk duri!"
Wanita yang merasakan manisnya iman, tatkala sampai kepadanya bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah terbunuh dalam perang Uhud. Maka wanita
inipun pergi ke medan pertempuran, ternyata ayahnya terbunuh, saudara lelakinya
terbunuh, putranya terbunuh, dan suaminya terbunuh. Wanita inipun berkata,
"Apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?".
Tatkala matanya memandang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (masih hidup) maka
iapun merasa tenang dan ia berkata, "Wahai Rasulullah, seluruh musibah
menjadi ringan selama engkau selamat".
Orang yang merasakan manisnya iman jika engkau mencincang tubuhnya
maka ia tidak akan bergeser dari agamanya. Kaum musyrikin meletakan batu di
atas dada Bilal agar ia kafir, maka Bilal berkata, "Ahad, Ahad” seraya
mengesakan Alloh swt.
Jika seorang muslim telah merasakan manisnya iman maka ia akan menjadi
manusia yang lain, ada rasa yang lain dalam kehidupannya. Ia membangun manisnya
iman dengan suka memberi, ia bahagia dengan pemberiannya bukan dengan menerima
pemberian, ia memberikan kebaikan bagi orang lain, ia berusaha agar dirinya
agung di sisi Allah meskipun di sisi manusia ia adalah orang yang rendah.
Diantara ciri-ciri manisnya iman : Seorang mukmin meyakini dari relung
hatinya yang paling dalam bahwasanya rizki di tangan Allah, apa yang Allah
anugerahkan kepada seorang hamba maka tidak ada seorangpun yang bisa
mencegahnya, dan bahwasanya seseorang/jiwa tidak akan mati hingga dipenuhi
rizqinya dan ajalnya.
Dan diantara buah bentuk manisnya iman seorang mukmin terbebaskan dari
hawa nafsunya dan godaan jiwanya yang menyeru kepada keburukan dan fitnah
harta. Ia terbebaskan dari sikap pelit dan kikir, serta ia berhias dengan
muroqobatullah (selalu merasa diawasi oleh Allah), berhias dengan ikhlas,
kedermawanan dan mendahulukan kepentingan saudaranya. Semoga kita semua bisa
meraih manisnya iman dan sesungguhnya Allah berfirman :
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ
وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ
أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧
Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan
beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl : 97)
Khutbah Kedua
Manisnya iman menjadikan seluruh ibadah menjadi ledzat. Salah seorang
dari mereka berkata, "Seluruh kelezatan hanya memiliki satu kelezatan
kecuali ibadah, ia memiliki tiga keledzatan. Tatkala engkau sedang beribadah,
tatkala engkau mengingat ibadah tersebut, dan tatkala engkau diberi ganjaran
atas ibadah tersebut"
Dalam sholat ada kelezatan tatkala ditunaikan oleh seorang muslim
dengan kekhusyu'an dan kehadiran hati, maka jadilah sholat adalah penyejuk
pandangannya dan ketenteraman jiwanya serta surga bagi hatinya dan
ketenangannya di dunia. Ia selalu merasa dalam kesempitan hingga ia
melaksanakan sholat. Karenanya Imamnya orang-orang yang bertakwa yaitu Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam berkata,
أَرِحْنَا بِهَا يَا بِلاَلُ
"Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan sholat"
Sholat malam di sisi para sahabat, para tabi'in, dan para salaf umat
ini memiliki kedudukan yang agung dan kelezatan yang tidak tertandingi. Berkata
salah seorang dari mereka, "Demi Allah, kalau bukan karena sholat malam
aku tidak ingin hidup menetap di dunia, demi Allah sesungguhnya orang yang
sholat malam di malam hari bersama Allah lebih merasa ledzat daripada
orang-orang yang berhura-hura dalam kelalaian mereka"
Aslaf dan kaum sholeh benar-benar berlezat-lezat dengan berpuasa.
Adapun haji, maka kelezatannya mendorong para jama'ah haji untuk menaiki
tunggangan dan kuat menempuh perjalanan berat dengan penuh kerinduan untuk ke
ka'bah. Dan dzikir kepada Allah ada kelezatan, Allah berfirman :
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS
Ar-Ro'd : 28)
Membaca
Al-Qur'an memiliki kelezatan. Utsman bin 'Affaan radhiallahu 'anhu berkata,
"Kalau seandainya hati-hati kalian bersih maka kalian tidak akan pernah
merasa cukup dari firman Allah". Allah berfirman :
وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا
سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا ١٩
Dan
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalasi dengan baik. (QS Al-Isroo' : 19)
Dan iman jika telah masuk ke dalam relung hati maka hati akan berseri
dan akan menimbulkan kelezatan dalam hati, akan menjadikan kehidupan bahagia,
dan dada menjadi lapang. Barangsiapa yang merasakan manisnya iman maka ia akan
merasakan kelezatan dalam beribadah, ia akan berjuang di atas jalanNya, dan
akan berkorban dengan segala sesuatu demi Allah. Allah berfirman :
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ
فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ ٥٨
Katakanlah:
"Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan". (QS Yunus : 58)
Jika manisnya iman telah merasuk dalam relung hati maka akan
menjadikan pemiliknya selalu bersama Allah di setiap waktu dan di setiap
tempat, dalam gerakannya dan diamnya, siang dan malam, ia selalu bersama
Penciptanya dan Penolongnya. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam memerintahkan kita untuk selalu berkata
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا
Aku ridho Allah sebagai Rob, Islam sebagai agama, dan Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nabi (HR At-Tirmidzi)
Meninggalkan maksiat karena Allah akan membuahkan rasa manis dalam
hati, orang yang meninggalkan maksiat karena takut dan malu kepada Allah maka
ia akan merasakan manisnya Iman.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
النظرة سهم من سهام إبليس مسمومة فمن تركها من خوف الله أثابه جل وعز إيمانا يجد حلاوته في قلبه
"Pandangan (haram) adalah anak panah beracunnya Iblis, barang
siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah maka Allah Azza wa Jalla
akan memberinya ganjaran keimanan, yang ia rasakan manisnya iman tersebut di
hatinya" (sanadnya shahih)