Ya’juj dan Ma’juj dalam Al-Qur’an dan Hadits
Mereka berkata: Wahai
Dzulqarnain! Sungguh, Ya’juj (Gog)
dan Ma’juj (Magog) melakukan perbuatan Fasad (kerusakan dan kejahatan) di Tanah
(kami), maka bolehkah kami
memberikan upeti kepadamu agar engkau dapat membuatkan dinding penghalang
antara kami dan mereka (sehingga kami terlindung dari mereka dan kejahatan
mereka)?” (al-Qur’an, al-Kahfi,
18: 94)
Guru kami yang
memiliki ingatan yang diberkahi, Maulana Dr.
Muhammad Fadlur Rahman Ansari (rodhiyallahu ‘anhu) mengajarkan suatu pelajaran yang sangat penting berkaitan
dengan pencarian ilmu pengetahuan – khususnya saat berkaitan dengan Kebenaran. Dia
mengajarkan bahwa ‘bagian’ (dari ilmu pengetahuan) seharusnya tidak
dipelajari secara terpisah dari, atau terisolasi dari ‘keseluruhan’ yang semestinya.
Kedua, dia mengajarkan bahwa pengumpulan ilmu pengetahuan yang tepat terkait
materi pelajaran juga perlu diatur sebagai suatu keseluruhan.
Tetapi hal itu tidak
mungkin kecuali seseorang menentukan prinsip kesatuan yang mengikat
bagian-bagian menjadi satu. Dia menyebut prinsip kesatuan itu sebagai ‘sistem
makna’. Sistem makna itulah yang harus ditemukan saat kita berusaha mempelajari
subjek Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog). Tanpa metode pembelajaran tersebut
maka Ya’juj dan Ma’juj adalah suatu subjek yang bahkan sarjana yang ahli pun
dapat tersesat.
Bukti sederhana yang
muncul dari al-Qur’an dan tidak kurang dari delapan Hadits Sahih Bukhari
menandakan bahwa pelepasan Ya’juj dan Ma’juj terjadi pada masa hidup Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam), lama sebelum kembalinya ‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam). Hanya ada dua sumber
mengenai Ya’juj dan Ma’juj dalam al-Qur’an. Maka dari itu, usaha
pertama kami adalah menemukan prinsip kesatuan yang
menghubungkan dua
ayat al-Qur’an tentang Ya’juj dan Ma’juj tersebut.
Ayat pertama ada
dalam Surat al-Kahfi dan yang kedua ada dalam Surat al-Anbiyah. Inilah ayat
yang pertama: Mereka
berkata: Wahai Dzulqarnain! Sungguh, Ya’juj dan Ma’juj melakukan perbuatan
Fasad (kerusakan dan kejahatan) di Tanah (kami), maka bolehkah kami
memberikan upeti kepadamu agar engkau dapat membuatkan dinding penghalang
antara kami dan mereka (sehingga kami terlindung dari mereka dan kejahatan
mereka)?” (al-Qur’an,
al-Kahfi, 18: 94)
Dengan demikian, ayat
al-Qur’an pertama tentang Ya’juj dan Ma’juj menyatakan bahwa
mereka pada intinya adalah pelaku perbuatan Fasad. Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) menjelaskan bahwa Ya’juj adalah suatu
umat manusia keturunan
Adam (‘alayhi salam). Hal ini pun berlaku pada Maj’uj.
Hadits melengkapi
al-Qur’an untuk memperingatkan bahwa Allah Maha Tinggi menghadapkan kepada
seluruh umat manusia suatu umat pelaku perbuatan Fasad yang memiliki suatu
kekuatan sehingga mereka, dalam standard duniawi, tidak terkalahkan: “Pada keadaan tersebut Allah akan menurunkan kepada ‘Isa
wahyu ini: Aku telah memunculkan di antara hamba-hamba-Ku suatu umat yang
tidak akan ada yang sanggup melawannya; Engkau bawalah
orang-orang ini dengan selamat ke Tur, kemudian Allah akan mengirim Ya’juj dan Ma’juj dan mereka
akan turun berkerumun dengan cepat dari setiap ketinggian (atau menyebar ke segala
arah). Yang pertama dari mereka akan melewati Danau Tiberias (Laut Galilee, juga
dikenal dengan Danau Kineret) dan meminum airnya. Dan saat yang terakhir dari mereka
melewati (danau tersebut), dia akan berkata: Dulu di sini ada air. ‘Isa dan
sahabat-sahabatnya kemudian akan dikepung di sana (di Tur, dan mereka akan menjadi begitu tertekan)
sehingga kepala lembu akan lebih diinginkan mereka daripada seratus Dinar. Rasul
Allah ‘Isa dan sahabatsahabatnya akan memohon kepada Allah yang akan mengirim kepada mereka
seranggaserangga (yang akan menyerang leher Ya’juj dan Ma’juj) dan pada pagi
hari mereka akan binasa. Rasul Allah ‘Isa dan sahabat-sahabatnya
kemudian turun dan mereka tidak akan menemukan sedikit pun ruang di bumi yang tidak dipenuhi
oleh perbusukan dan bau busuk. Rasul Allah ‘Isa dan sahabat-sahabatnya kemudian
akan memohon kepada Allah yang akan mengirimkan burung-burung yang lehernya
seperti unta Bactrian yang membawa mereka (jenazah Ya’juj dan Ma’juj) pergi dan
melempar mereka ke mana pun Allah kehendaki.” (Sahih Muslim)
Surah al-Kahfi
menginformasikan kepada kita bahwa Dzulqarnain membangun sebuah dinding
penghalang di antara orang-orang itu dengan para pelaku Fasad
tersebut. Dia menggunakan balok ‘besi’
kemudian menutupinya dengan lapisan ‘tembaga’.
Kemudian dia menyatakan dinding penghalang itu adalah Rahmat (bukti kasih
sayang) dari Tuhan-nya, tetapi Allah Maha Tinggi sendiri akan menghancurkan
dinding penghalang tersebut dan melepaskan Ya’juj dan Ma’juj pada saat Wa’d (peringatan) Tuhan-nya tiba:
“Dia
(Dzulqarnain) berkata, “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhan-ku, tetapi apabila
saat peringatan Tuhan-ku (berkaitan dengan Zaman Akhir) tiba, Dia akan
menghancurluluhkannya, dan janji Tuhan-ku adalah benar.” (al-Qur’an,
al-Kahfi, 18: 98)
Wa’d
(peringatan) mana yang dimaksud?
Jawabannya sangat jelas ada pada Hadits terkenal saat
Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) menyampaikan sepuluh tanda besar Hari Akhir.
Diantara sepuluh tersebut adalah lepasnya Ya’juj dan Ma’juj: “Dari Hudzayfah bin Usayd Ghifari: Rasul Allah mendatangi kami secara tiba-tiba saat kami
(sibuk) dalam diskusi. Dia bertanya: Apa yang kalian diskusikan? (para sahabat)
berkata: Kami mendiskusikan Hari Kiamat. Saat itu, dia bersabda: Itu tidak akan datang
sampai kalian melihat sepuluh tanda, dan (berhubungan dengan ini) dia menyebutkan ‘kabut
asap’, ‘Dajjal’, ‘seekor Binatang Buas’, ‘terbitnya matahari dari barat’, ‘turunnya
‘Isa putra Maryam’, ‘Ya’juj dan Ma’juj’, ‘gempa bumi di tiga tempat, satu di timur, satu
di barat, dan satu di Arabia’, pada akhirnya ‘api akan muncul dari Yaman dan akan mendorong
orang-orang ke tempat berkumpul’.” (Sahih Muslim)
[Pembaca harus
memperhatikan bahwa tanda-tanda ini tidak terjadi secara berurutan]. Dengan kata lain,
saat dinding penghalang tersebut dihancurkan dan Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan,
adalah salah satu tanda besar bahwa umat manusia memasuki Zaman Akhir.
Pertanyaannya adalah: Bagaimana kita mengetahui saat penghalang tersebut dihancurkan
dan lepasnya Ya’juj dan Ma’juj dimulai? Hadits Nabi (shollallahu
‘alayhi wassalam) menjawab
pertanyaan tersebut dan semuanya diambil dari Sahih Bukhari.
Hadits-hadits tersebut disampaikan oleh orang-orang yang berbeda dengan
kata-kata yang serupa. Akibatnya Hadits tersebut menjadi Hadits Mutawatir
dan itu membuatnya menjadi Hadits yang
paling kuat:
“Dari Abu Hurairah: Nabi bersabda: Satu lubang telah terbuka di dinding Ya’juj
dan Ma’juj. Wuhaib (penyampai pesan ini) membuat angka 90 (dengan ibu jari dan
telunjuknya).” (Sahih Bukhari) “Dari Zainab binti Jahsy: Bahwa suatu hari Rasul Allah mendatanginya dalam keadaan
ketakutan dan berkata: Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah! Malapetaka
bagi bangsa Arab karena kejahatan besar mendekati (mereka). Hari
ini sebuah lubang telah terbuka di dinding Ya’juj dan Ma’juj seperti ini. Nabi membuat lingkaran dengan
jari telunjuk dan ibu jarinya. Zainab binti Jahsy menambahkan: Aku bertanya: Wahai
Rasulullah! Akankah kita dihancurkan meskipun ada orang-orang saleh diantara
kita? Nabi bersabda: Iya, jika (jumlah) penjahat meningkat.” (Sahih Bukhari)
Hadits di atas
diulang-ulang dalam Sahih Bukhari dengan kata-kata yang serupa. “Dari Ibnu Abbas: Rasul Allah melakukan Tawaf (mengelilingi
Ka’bah) dengan menaiki unta, dan setiap kali dia mencapai sudut itu (tempat batu hitam berada) dia
menunjuknya dengan tangannya dan berkata: ‘Allahu Akbar!’. Zainab berkata: Nabi
bersabda: Lubang telah terbuka di tembok Ya’juj dan Ma’juj seperti ini dan ini.
(membentuk angka 90 dengan ibu jari dan telunjuknya).” (Sahih Bukhari)
Berbagai Hadits dalam
Sahih Bukhari yang datang dari empat sumber yang berbeda: Abu
Hurairah, Zainab binti Jahsy, Umm Salamah, dan Abdullah bin Abbas (rodhiyallahu ‘anhum) sangat jelas menyampaikan pesan bahwa
pelepasan Ya’juj dan Ma’juj
terjadi pada masa hidup Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) . Bahkan dia
menyatakan bahwa pelepasan tersebut terjadi ‘hari
ini’! dengan demikian Zaman Akhir
atau Zaman Fitan dimulai pada masa hidup Nabi (shollallahu
‘alayhi wassalam). Inilah
penjelasan dari pernyataannya yang terkenal terkait dengan ‘Zaman
Akhir’: “Disampaikan dari Sahl bin Sad: Aku melihat Rasulullah menunjukkan jari tengah dan
telunjuknya, bersabda: Jarak waktu kedatanganku dengan Zaman Akhir adalah seperti dua jari ini.
Malapetaka besar (Zaman Fitan)
akan meliputi segala sesuatu.” (Sahih Bukhari)
Selanjutnya,
al-Qur’an menyampaikan kepada orang-orang beriman dengan suatu tanda penting
sehingga mereka tidak hanya memiliki bukti yang kongkret tentang pelepasan
Ya’juj dan Ma’juj, tetapi lebih dari itu, mereka memiliki bukti bahwa dunia saat ini
dikendalikan Ya’juj dan Ma’juj. Dengan demikian mereka dapat mengenali
Ya’juj dan Ma’juj sebagai penguasa dunia. Hal ini ada dalam ayat Surat al-Anbiyah
mengenai Ya’juj dan Ma’juj: “Dan
ada larangan pada sebuah Kota yang telah Kami hancurkan, bahwa mereka
(penduduk kota itu) tidak akan kembali hingga dibukakan (dinding) Ya’juj dan
Ma’juj dan (kemudian) mereka turun berkerumun dengan cepat dari setiap ketinggian
(atau menyebar ke segala arah).” (al-Qur’an,
al-Anbiyah, 21: 95-96)
Saat Ya’juj dan
Ma’juj dilepas, dan sebagai tambahannya ‘telah turun berkerumun
dengan cepat dari setiap ketinggian atau telah menyebar ke segala arah’, maka pada saat itulah, umat Kota yang
dihukum Allah Maha Tinggi dan dilarang kembali
memiliki Kota mereka (yang telah dihancurkan Allah Maha Tinggi), dibawa
kembali ke Kota itu. Hanya ada satu Kota (yang dihancurkan Allah) yang
disebutkan dalam Hadits terkait dengan Ya’juj dan Ma’juj. Dan Kota itu adalah Jerusalem.
Hadits berikut ini
menyebutkan Ya’juj dan Ma’juj melewati Laut Galilee yang ada di Tanah Suci: “Disampaikan oleh al-Nawwas bin Sam’an … pada saat itulah
Allah menurunkankepada ‘Isa wahyu ini: Aku telah memunculkan di antara
hamba-hamba-Ku suatu umat yang tidak ada yang dapat melawannya; engkau bawalah
orang-orang ini dengan aman ke Tur, dan kemudian Allah akan mengirim Ya’juj dan
Ma’juj dan mereka akan turun berkerumun dengan cepat dari setiap ketinggian. Yang
pertama dari mereka akan melewati Danau Tiberius (atau Laut Galilee) dan meminum
airnya. Dan saat yang terakhir dari mereka melewatinya, dia akan berkata: Dulu
pernah ada air di sini …” (Sahih Muslim)
Setelah Ya’juj dan
Ma’juj melewati Laut Galilee, mereka akan menuju ke Tur yang disebutkan dalam
Hadits yang lain sebagai suatu gunung di Jerusalem: “Ya’juj dan Ma’juj akan berjalan hingga mereka mencapai
gunung al-Khamr, dan itu adalah gunung di Bait al-Maqdis (Jerusalem)
…” (Sahih Muslim)
Karena tidak ada kota
yang (dihancurkan Allah Maha Tinggi) selain Jerusalem yang disebutkan dalam
Hadits terkait dengan Ya’juj dan Ma’juj, maka kami sampai pada
kesimpulan bahwa Kota yang disebutkan dalam surat al-Anbiyah (ayat 95-96) adalah Jerusalem.
Dari kesimpulan ini,
muncul makna bahwa kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci, yang sudah
terjadi, adalah bukti dramatis dan kongkret bahwa dinding penghalang Ya’juj dan
Ma’juj telah dihancurkan oleh Allah Maha Tinggi dan bahwa kita hidup pada
Zaman Ya’juj dan Ma’juj, dan dengan demikian, kita hidup pada Zaman
Akhir.
Tetapi makna yang
lebih penting dari kembalinya umat Yahudi ke ‘Kota’ (Jerusalem) dan
pendirian Negara Israel adalah bahwa Ya’juj dan Ma’juj sekarang telah menyelesaikan
misinya sesuai dengan ayat dalam surat al-Anbiyah, 21:95-96, yaitu mereka
telah turun berkerumun dengan cepat dari setiap ketinggian (atau menyebar ke
segala arah) dan telah menguasai dunia. Tatanan Dunia yang membawa umat
Yahudi kembali ke Tanah Suci adalah Tatanan Dunia Ya’juj dan Ma’juj!
Siapa mereka? Metode studi kami adalah mencari umat yang menunjukkan
obsesi pada Yahudi dan Tanah Suci. Suatu perbedaan aneh dalam perilaku mereka
sebelum dan setelah masa hidup Nabi Muhammad (shollallahu
‘alayhi wassalam).
Obsesi Aneh
Eropa pada Tanah Suci Saat Ibrahim (‘alayhi salam) berhijrah ke Tanah Suci, Bangsa
Babilonia,
Persia, Mesir, dan Cina
adalah bangsa dengan peradaban yang besar, sedangkan kekaisaran Yunani dan
Romawi masih belum muncul, Bangsa Eropa hidup sebagai ‘suku yang
liar’. Saat itu hanya sedikit atau bahkan tidak ada kegiatan perdagangan dengan
peradaban bangsa lain. Sebagai akibat dari isolasi yang aneh
ini, bagian dunia
lain tidak mengerti bahasa Bangsa Eropa, dan Bangsa Eropa pun belum mampu
memainkan peran apa-apa di panggung dunia. Al-Qur’an menunjuk hal ini
dalam Surat al-Kahfi yang menyebutkan ciri unik Bangsa Eropa saat Dzulqarnain
memulai perjalanan ketiganya dan mendatangi suatu umat yang bahasanya tidak dapat
dimengerti (surat al-Kahfi, 18: 93).
Suatu revolusi aneh
dan misterius telah memajukan Eropa. Peradaban pagan Yunani dan
Romawi muncul dan mereka dengan cepat dan aneh mulai menaklukan bagian
dunia lain sebanyak yang bisa mereka taklukan. Baik peradaban Yunani
maupun Romawi, keduanya tampak memiliki ketertarikan khusus pada Tanah
Suci. Alexader ‘the
great’ menaklukan Jerusalem
dan menunjukkan
ketertarikannya pada agama Yahudi, dan kekaisaran Romawi menguasai Jerusalem
dan Tanah Suci hingga masa hidup ‘Isa (Jesus)
(‘alayhisalam)
dan bahkan setelah itu. Kedua, tidak
ada lagi ketaatan pada para dewa dan dewi serta pada cara
hidup pagan mereka, melainkan kepercayaan pagan mereka secara misterius
langsung dibuang begitu saja, padahal mereka telah menganutnya selama berabad-abad
sebelum itu.
Kemudian, Bangsa
Eropa, yang secara misterius memeluk agama Kristen karena alasan
politik, membuat kemunculan gereja Kristen-Eropa dengan Roma sebagai pusat sistem
gereja baru. Adalah agama Kristen yang membawa Bangsa Eropa keluar dari
tahap kehidupan ‘suku yang liar’ dalam sejarah dan menyatukan
Eropa dalam
Kekaisaran Kristen. Sistem gereja Eropa yang baru tersebut begitu tegas dengan
kemandiriannya dari sistem Kristen yang lama sehingga bahkan mereka menentukan
sendiri tanggal untuk memperingati kelahiran ‘Isa (Jesus) (‘alayhi
salam). Hari Natal bagi
umat Kristen Eropa dirayakan setiap tanggal 25 Desember.
Tetapi Euro-Kristen
berbeda secara signifikan dan misterius dengan Kristen ortodoks di
Bizantium. Segera setelah sistem gereja baru telah menggabungkan seluruh Bangsa Eropa,
mereka menunjukkan obsesi pada Tanah Suci dengan obsesi yang sangat
kuat tak tertandingi oleh umat Kristen lainnya. Pasukan Perang Salib bukan
hanya sekadar umat Kristen, melainkan mereka adalah umat Kristen-Eropa. Mereka
berkali-kali melakukan Perang Salib melawan Muslim untuk merebut
kekuasaan di Tanah Suci. Bangsa Eropa dapat merebut Tanah Suci hanya dalam waktu
yang singkat dan berakhir saat Sultan Solehudin mengalahkan pasukan Perang Salib
Eropa dan mengembalikan kekuasaan Muslim di Tanah Suci.
Hal yang paling
penting mengenai pasukan Perang Salib adalah bahwa mereka secara eksklusif
hanya terdiri dari Bangsa Eropa. Bahkan, meskipun pasukan Perang Salib Eropa
melewati wilayah Kristen Bizantium, umat Kristen non-Eropa tersebut tidak
bergabung dengan Bangsa Eropa, dan dengan demikian tidak ikut serta dalam
Perang Salib. Buku ini mengajukan pertanyaan: Mengapa Euro-Kristen secara
misterius begitu terobsesi pada Tanah Suci?
Kedua, saat pasukan
Perang Salib Eropa berhasil merebut kekuasaan wilayah Jerusalem dari umat
Muslim selama periode waktu yang singkat, mereka melakukan pembantaian
yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran Kristen. Mereka membantai semua
penduduk Jerusalem. Bahkan tidak ada pengecualian terhadap wanita dan anak-anak.
Dunia Kristen terkejut dengan barbarisme dan kekejaman Euro-Kristen yang
berpura-pura mencapai tujuan religius dan spiritual untuk merebut Tanah Suci.
Hal itu tentu menunjukkan bahwa jubah kekristenan dipakai oleh Bangsa Eropa
untuk mencapai manfaat dan keuntungan daripada untuk mencapai keimanan.
Pasukan Perang Salib menunjukkan bahwa mereka bengis, kejam, dan tidak
bertuhan, wajah Eropa yang tidak bermoral. Mereka lebih cocok sebagai umat tidak
bertuhan daripada sebagai penganut Kristen, dan mereka lebih cocok sebagai ‘suku
liar’ daripada umat yang beradab. Seiring dengan berlalunya waktu, mereka
mempunyai kemampuan yang mengagumkan dalam menutupi sifat aslinya dan
menunjukkan diri mereka dengan penampilan yang berlawanan dengan kenyataannya.
Perhatian Muslim
dalam studi tentang Ya’juj dan Ma’juj terkait fenomena aneh Bangsa Eropa ini
secara misterius dialihkan saat terjadi serangan dari Bangsa Mongolia yang
merupakan umat yang ganas dan kejam dengan perilaku yang tidak berbeda dengan
Euro-Kristen, meneror dunia Muslim. (Sehingga Muslim salah mengambil
kesimpulan bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah Bangsa Mongolia tersebut [penerj.]).
Perhatian yang tidak
diarahkan kepada studi kemunculan misteri fenomena aneh inilah yang
membuat dunia Islam tidak mampu memahami dan menjelaskan revolusi ajaib,
misterius, dan sulit dipahami yang mengubah Bangsa Eropa dari Peradaban Kristen pada
Zaman Pertengahan menjadi Peradaban Barat Sekuler modern yang pada
intinya tidak bertuhan. Revolusi tersebut juga membawakan kepada Bangsa Eropa
revolusi ilmu pengetahuan, industri, dan sistem ekonomi berbasis Riba yang
menyebabkan Bangsa Eropa yang tidak bertuhan menjadi semakin kuat
dibandingkan dengan gabungan bagian dunia lainnya dan membuat mereka menjadi
penguasa dunia yang tak tertandingi. Dalam keadaan Eropa yang baru, Inggris
yang merupakan pulau berjarak satu bulan perjalanan laut dari Tanah Suci, menantang
semua kekuatan Bangsa Eropa sehingga muncul sebagai pemimpin Eropa dan
penguasa dunia. Tetapi Eropa baru
yang sekuler yang pada intinya tidak bertuhan, berpura-pura menganut agama
Kristen, menunjukkan obsesi aneh yang sama pada Tanah Suci yang pernah
ditunjukkan oleh Pasukan Perang Salib Kristen Eropa lama. Mereka bergabung dengan Suku
Khazer (suatu suku yang tinggal di bagian timur Eropa) yang pada intinya
tidak bertuhan berpura-pura menganut agama Yahudi, untuk melanjutkan usaha
mengejar obsesi merebut Tanah Suci. Sejak saat itu kedua umat Eropa ini
(Euro-Kristen dan Euro-Yahudi) tetap bersatu dalam ikatan yang tidak suci.
Pada 1917, Pulau
Inggris-lah yang menyatakan (yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour)
bahwa mereka berusaha untuk membentuk Negara Yahudi di Palestina. Inggris
pun merealisasikannya. Hanya dalam dua tahun kemudian, Inggris berhasil
merebut Tanah Suci dari kekuasaan umat non-Yahudi (Muslim).
Hal ini terjadi pada
1919 saat Jenderal Inggris, Allenby memimpin pasukan yang memenangi
pertempuran melawan pasukan Turki yang mempertahankan Jerusalem dan Tanah
Suci. Sementara pasukan Perang Salib yang lama yang dilakukan oleh Bangsa
Eropa yang berpura-pura menjadi umat Kristen gagal, sedangkan pasukan
Perang Salib yang baru, yang dilakukan oleh Bangsa Eropa sekuler yang tidak
bertuhan, malah berhasil. Keduanya, yang berusaha merebut Jerusalem dan Tanah
Suci, adalah Bangsa Eropa. Keduanya adalah pasukan Perang Salib.
Kenyataannya, Jenderal Allenby sendiri mengkonfirmasi hal ini dalam pernyataan yang
dia buat saat dia memasuki Jerusalem sebagai seorang penakluk, ”Hari ini Perang Salib berakhir”. Dengan begitu, jelas bahwa usaha merebut Tanah Suci
tidak berkaitan dengan agama. Hal tersebut berkaitan dengan pemain misterius yang
baru muncul di panggung dunia, yaitu Bangsa Eropa!
Setelah itu, Inggris
memperoleh kekuasaan di Tanah Suci sebagai mandat dari Liga Bangsa-Bangsa
dan melangkah pada tujuan pembentukan Negara Yahudi. Buku ini mengajukan
pertanyaan: Ada apa dengan obsesi misterius Bangsa Eropa pada Tanah Suci yang
sekarang menganut sekulerisme, materialisme, dan hanya sebagai umat Kristen
pada tampilan luarnya saja?
Jika
pilihan Bangsa Eropa menganut agama Kristen adalah sesuatu yang aneh,
maka pilihan Bangsa Eropa menganut agama Yahudi adalah lebih aneh
lagi. Suatu waktu pada abad ke-7 M, Suku
Khazer di Eropa timur mulai menganut agama
Yahudi. Saat mereka menjadi umat Yahudi, mereka melakukannya karena
alasan politik saja. Keimanan tidak ada kaitannya dengan peralihan mereka pada
agama Yahudi tersebut. Bahkan sebelum mereka menganut agama Yahudi, suku
Khazer Eropa dikenal memiliki kekuatan misterius yang menyebabkan mereka
berhasil dan dengan efektif menahan perluasan wilayah Kekaisaran Khilafah
Islam ke Eropa.
Seperti Euro-Kristen,
begitu juga dengan Euro-Yahudi berbeda secara signifikan dengan
Yahudi Bani Israel. Tidak seperti Yahudi Bani Israel, Euro-Yahudi terobsesi pada
usaha merebut kekuasaan atas Tanah Suci. Adalah umat Yahudi-Eropa yang
akhirnya mendirikan Gerakan Zionis dan mengejar tujuan yang juga dikejar
oleh Euro-Kristen dalam Perang Salib, yaitu tujuan merebut Tanah Suci. Buku ini
mengajukan pertanyaan: Mengapa Euro-Yahudi ini terobsesi pada Tanah
Suci?
Inggris membantu
Gerakan Zionis dalam usaha ‘mengembalikan’ umat Yahudi ke Tanah Suci,
sesuatu yang akhirnya tercapai dengan penciptaan Negara Israel pada 1948. Saat
Inggris membidani kelahiran bayi ‘Israel’, dunia menyaksikan apa yang tampak
sebagai restorasi Israel yang telah dihancurkan Allah Maha Tinggi lebih dari dua
ribu tahun sebelumnya.
Setelah Inggris
menguasai dunia selama beberapa ratus tahun, sebuah perubahan aneh dan
misterius terjadi yaitu negara lain yakni AS menjadi adikuasa baru, menggantikan
Inggris. Bukti yang jelas dari perubahan tersebut ada dalam Perang Dunia Pertama
saat campur tangan militer Amerika Serikat berhasil menyelamatkan Inggris
dari kekalahan. Bukti lebih kuat yaitu saat seorang Jenderal Amerika
Serikat, Eisenhower, dipilih sebagai pemimpin tertinggi Pasukan Sekutu yang
berperang pada Perang Dunia Kedua.
Kemudian pada 1944,
di Bretton Woods kota kecil di bagian utara New York, sebuah konferensi
internasional diadakan untuk membentuk sistem keuangan internasional yang
baru. Poundsterling Inggris yang dulu secara universal dikenal sebagai mata uang
kunci di dunia uang kertas digantikan oleh Dolar Amerika Serikat melalui
keputusan Konferensi Bretton Woods. Begitu juga London digantikan oleh
Washington sebagai pusat sistem keuangan internasional yang baru.
Negara adikuasa baru
yang muncul secara aneh dan misterius sama seperti peradaban Eropa yang
pertama melakukan Perang Salib, juga memiliki obsesi yang sama pada
Jerusalem, dan telah memainkan peran penting dalam pembentukan Negara
Yahudi di Tanah Suci. Negara adikuasa yang baru melanjutkan pekerjaan
yang ditinggalkan oleh negara adikuasa yang lama dalam menjaga hubungan
misterius yang akrab dengan Tanah Suci dan Israel. Maka dari itu, saat Negara
Israel menyatakan kemerdekaannya pada 1948, negara pertama di dunia yang mengakui
Negara Yahudi tersebut adalah Amerika Serikat.
Negara adikuasa yang
baru membuat hal tersebut menjadi sangat jelas bahwa dia menggantikan
Inggris sebagai partner strategis Negara Yahudi. Sesungguhnya, Amerika Serikat
menunjukkan diri sebagai negara adikuasa baru dengan cara membiarkan Inggris
menjadi target penghinaan publik. Revolusi Mesir terjadi pada 1952. Pasukan
Mesir menggantikan Monarki Inggris sebagai penguasa baru di Mesir. Pada
1956, Kolonel Gamal Abdel Nasser menggantikan Jenderal Muhammad Naguib sebagai
Kepala Negara dan Nasser menunjukkan diri sebagai seorang nasionalis
dengan menasionalisasikan Terusan Suez. Israel menganggap hal tersebut sebagai
ancaman strategis bagi Negara Yahudi. Inggris, di pihak lain, merasa status
adikuasanya ditantang. Dalam operasi gabungan yang dilakukan tanpa keterlibatan
Amerika Serikat, Pemerintah Inggris-Prancis dan Israel mulai menyerang Mesir dan
mengusir pasukan Mesir dari Suez. Presiden Amerika Serikat, Eisenhower
menanggapi dengan memerintahkan penarikan pasukan Inggris, Prancis, dan
Israel dari wilayah Mesir. Inggris, mantan negara adikuasa, terpaksa menarik
pasukannya dan Pemerintahan Inggris dengan Perdana Menteri Anthony Eden pun
jatuh. Setelah itu, dan hingga saat ini, Amerika Serikat menjadi penyokong
utama Negara Yahudi. Buku ini mengajukan pertanyaan:
Mengapa Euro-Amerika
ini dengan aneh terobsesi pada Tanah Suci?
Jika obsesi Bangsa
Eropa dan Amerika Serikat (termasuk Euro-Kristen dan Euro-Yahudi) pada
Tanah Suci adalah aneh, masa depan tampaknya memegang sesuatu yang
lebih aneh lagi. Pandangan kami adalah bahwa dunia akan menyaksikan
munculnya Negara Euro-Israel (Israel yang diciptakan oleh Gerakan Zionis Eropa)
menjadi negara adikuasa yang akan menggantikan Inggris dan Amerika Serikat
sebagai negara terkuat di dunia. Euro-Israel telah memiliki senjata nuklir dan
termonuklir yang cukup untuk menjadikannya berstatus negara adikuasa.
Teknologi militernya sudah berkelas dunia. Sampai pada sektor ekonomi, bankir
Euro-Yahudi memiliki kekuasaan mengendalikan keuangan dunia, hanya dengan
manuver sederhana mereka dapat menyebabkan keruntuhan Dolar Amerika
Serikat. Jika Dolar Amerika Serikat jatuh maka hancurlah mata uang kertas
lainnya di seluruh dunia. Hal ini mungkin direncanakan akan terjadi bersamaan
dengan pertunjukkan spektakuler kekuatan militer Euro-Israel yang akan
menyerang Bangsa Palestina juga negara-negara Arab di sekitarnya. Kemudian,
Israel akan berhasil menantang bagian dunia yang lainnya dengan menggenggam
hasil perangnya dan dengan melakukan hal tersebut, menjadikannya sebagai
Negara Penguasa di dunia. Saat hal itu terjadi, tentu
akan tampak bagi umat
Yahudi Bani Israel bahwa mereka mengalami kembalinya Zaman Emas, yaitu
zaman saat Israel Sulaiman menguasai dunia.
Apakah al-Qur’an
menjelaskan semua hal di atas, dan jika memang begitu, apa penjelasannya?
Dari awal, kami
mengakui bahwa tidak mungkin buku seperti ini dapat ditulis sebelum terjadi
peristiwa umat Yahudi kembali ke Tanah Suci. Dan tampaknya hal tersebut membuat
buku ini menjadi yang pertama ditulis sejak peristiwa itu terjadi.
Akibatnya, saat kami menggunakan al-Qur’an dan Hadits untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang digambarkan di atas, penjelasan kami tentunya akan
mengejutkan bahkan bagi para sarjana Islam sekalipun. Lebih jauh lagi tampak bagi
penulis bahwa penjelasan Qur’ani dari peristiwa-peristiwa aneh di Eropa dan
Tanah Suci adalah pengetahuan yang mungkin belum ada di dunia sebelum saat
ini. Sebagai akibatnya, penulis mengajak semua orang yang sekarang menerima
‘Kebenaran’ dalam penjelasan buku ini dan orang-orang yang telah diberkahi
dengan ilmu pengetahuan ini, untuk bersama-sama tunduk dengan sangat merendah di
hadapan Allah Maha Tinggi yang memiliki “pengetahuan atas
segala sesuatu” dan “yang memberi petunjuk pada
cahaya-Nya bagi siapa saja
yang Dia kehendaki”.
Bagi orang-orang yang
menolak penjelasan Qur’ani dalam buku ini, mereka harus menyatakan
bahwa al-Qur’an tidak mejelaskan peristiwa kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci
dan restorasi Negara Israel, atau ada penjelasan berbeda selain yang ada dalam
buku ini, jika begitu mereka harus membuat penjelasan Qur’ani yang lain!
Bagi orang-orang yang
menolak Islam dan menyatakan bahwa mereka memiliki Kebenaran,
kami tantang mereka agar menggunakan Kebenaran tersebut untuk menjelaskan
subjek ini. Baik itu negara sekuler modern mengklaim Kebenaran ataupun
Yahudi, Kristen, Hindu, Jainisme, Budha, Konfusianisme, Taoisme, Bahaisme,
humanisme sekuler, liberalisme, materialisme, ateisme, atau paham yang
lainnya; klaim mereka hanya bisa dibenarkan jika mereka dapat menjelaskan
subjek-subjek yang disampaikan dalam buku ini. Itulah hal terpenting dari buku
ini. Buku ini membuktikan klaim bahwa Islam adalah Kebenaran!
Kemudian, al-Qur’an
memperingatkan bahwa saat ini, dunia menunggu hitungan mundur
menuju Hari Kiamat: “Kemudian
apabila janji yang benar (Hari Kebangkitan) telah dekat (waktu terjadinya),
maka perhatikanlah! (pada hari itu) pandangan orang-orang yang tidak
beriman akan terbelalak ketakutan, (mereka berkata), “Ah! Celakalah kami! Kami
benar-benar lengah akan ini! Bahkan, sungguh kami adalah orang-orang yang
zalim!”(al-Qur’an,
al-Anbiyah, 21: 97)
Saat Ya’juj dan
Ma’juj dilepas, mereka akan ‘menurun berkerumun dengan cepat dari setiap
ketinggian’ atau ‘menyebar ke segala arah’. Ini menandakan bahwa dengan kekuatan
yang tak terkalahkan, mereka menguasai seluruh dunia dan bahwa untuk
pertama kali dalam sejarah, satu umat akan menguasai seluruh manusia. Itulah keadaan yang terjadi di
dunia saat ini.
Tatanan Dunia Ya’juj dan
Ma’juj akan menjadi Tatanan Fasad
(penuh dengan penindasan dan
kejahatan). Surat al-Kahfi telah menggambarkan dua ciri-ciri Tatanan Dunia Fasad yang berlawanan dengan dua ciri-ciri
Tatanan Dunia Dzulqarnain, yaitu
sebagai berikut:
Dzulqarnain menggunakan
kekuatan (yang dibangun berdasarkan keimanan pada Allah) untuk
menghukum penindas, dan dengan melakukan hal itu, dia membentuk keselarasan
antara Tatanan Dunia di bumi ini dengan Tatanan Langit di atas
(keselarasan antara dunia materi yang sementara dengan dunia spiritual). Ya’juj
dan Ma’juj di sisi yang lain, akan menggunakan kekuatan mereka yang tak
terkalahkan (yang dibentuk berlandaskan ketidakbertuhanan) justru untuk
menindas, dan untuk menghukum yang tertindas. Dengan melakukan hal itu di bumi ini,
mereka mendirikan sebuah Tatanan Dunia yang secara total bertentangan dengan
Tatanan Langit di atas. Selanjutnya, Tatanan Dunia tersebut akan menunjukkan
penindasan yang terus-menerus meningkat.
Dzulqarnain
menggunakan kekuatan untuk menghargai orang-orang yang beriman pada Allah
Maha Tinggi dan yang berperilaku baik. Ya’juj dan Ma’juj akan menggunakan
kekuatan untuk tujuan yang berlawanan. Dengan demikian,
Ya’juj dan Ma’juj membentuk dan memelihara sebuah Tatanan Dunia yang
keburukannya tidak mungkin luput dari pemahaman orang orang yang memiliki
penglihatan spiritual (yang dibentuk atas keimanan dan perilaku yang baik)
yang dapat melihat kenyataan dalam berbagai hal. Jika umat Yahudi membolehkan
umat Ya’juj dan Ma’juj menjadi pemenang yang berhasil merebut Tanah Suci
untuk mereka dan mengijinkan mereka kembali ke Jerusalem, maka yang demikian
itu menandakan bahwa umat Yahudi tersebut buta secara spiritual.
Dimulai dari Zaman
Pertengahan Kekaisaran Euro-Kristen hingga Peradaban Barat Sekuler Modern,
Eropa semakin jelas menunjukkan ciri-ciri Tatanan Dunia Ya’juj dan Ma’juj dan
kini telah menyelesaikan misi dasarnya. Bangsa Eropa telah merusak seluruh
dunia dan telah membawa umat Yahudi kembali ke Tanah Suci. Oleh karenanya,
itulah tanda kebutaan spiritual umat Yahudi hingga mereka membolehkan diri
mereka sendiri ditipu dan dibimbing menuju kehancuran terakhir oleh Ya’juj
dan Ma’juj.
Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) telah memberikan sebuah alat ukur yang
dapat kita pantau untuk
melakukan hitungan mundur waktu datangnya hukuman final untuk umat Yahudi.
Pertama, hukuman final ini tidak akan terjadi hingga ‘Isa al-Masih Asli
membunuh Dajjal al-Masih Palsu dan hingga Allah Maha Tinggi sendiri
manghancurkan Ya’juj dan Ma’juj dengan senjata biologis. Momen itu tidak akan
datang jika masih ada air yang tersisa di Laut Galilee. Pertimbangkanlah
Hadits berikut:
“Dari al-Nawwas bin Sam’an: … pada keadaan itulah Allah akan
menurunkan kepada ‘Isa wahyu ini: Aku telah memunculkan dari antara
hamba-hamba-Ku suatu umat yang tidak ada yang dapat melawannya; engkau bawalah
orang-orang ini dengan selamat ke Tur, kemudian Allah akan mengirim Ya’juj dan
Ma’juj dan mereka akan turun berkerumun dengan cepat dari setiap ketinggian. Yang
pertama dari mereka akan melewati Danau Tiberius (Laut Galilee) dan meminum airnya.
Dan saat yang terakhir dari mereka melewatinya, dia akan berkata: Dulu pernah ada air di
sini …” (Sahih Muslim)
Maka dari itu, hal
terpenting yang harus kita perhatikan adalah tingkat ketinggian air di
Laut Galilee. Baca Level Danau Tiberias atau Laut Galilee
Sebelumnya "Mirza Ghulam Ahmad : Seorang al-Masih Palsu"
Sebelumnya "Mirza Ghulam Ahmad : Seorang al-Masih Palsu"