Bangsa Yahudi dan Bangsa Arab
“Pasti kamu dapati (lagi dan lagi) bahwa dari semua umat manusia, yang paling keras memusuhi orang-orang beriman (umat Muslim) adalah umat Yahudi dan orang-orang Musyrik (mereka yang menyekutukan Tuhan, yang menyembah berhala atau umat pagan); dan yang paling dekat dan mencintai orang-orang beriman adalah mereka yang mengatakan, “Kami adalah umat Kristen, karena di antara orang-orang ini terdapat orang-orang yang mencurahan diri untuk belajar dan orang-orang yang meninggalkan kenikmatan duniawi, dan mereka tidak menyombongkan diri.” (al-Qur’an, al-Maidah, 5: 82)
Sebelum
kami kembali pada penjelasan nubuat yang mulai terwujud, bahwa Allah Maha
Tinggi akan membawa umat Yahudi kembali ke Tanah Suci saat ‘hitungan mundur’
waktu untuk penghukuman mereka dimulai, penting bagi kami memperhatikan subjek
‘Ismail (‘alayhi
salam), Bangsa Arab, dan
Tanah Suci’. Subjek ini penting karena Gerakan Zionis merestorasi Negara Israel
dengan memaksa warga Arab keluar dari Tanah dan rumah mereka. Zionis tidak akan
berani melakukan hal tersebut tanpa pembenaran berdasarkan al-Kitab.
Bagaimanapun
pembenaran berlandaskan al-Kitab tersebut adalah fitnah dan kebohongan yang
dilakukan atas nama Tuhan-nya Ibrahim (‘alayhi salam). Zionis tahu bahwa itu adalah fitnah dan mereka
memanfaatkan hal tersebut sepenuhnya. Subjek itulah yang akan kami bahas pada
bab ini.
Pandangan
Religius Yahudi terhadap Bangsa Arab Pemimpin
spiritual Shas Ortodoks Yahudi Israel diberitakan
dalam pidatonya pada 5 Agustus 2000, menyatakan: “Ismailiyat (keturunan Ismail yakni bangsa Arab) semuanya penjahat terkutuk,
semuanya musuh Israel. Yang Maha Suci, puji bagi-Nya, menyesal telah
menciptakan Ismailiyat ini.” Berita
tersebut menggambarkan Rabi Ovadia Yosef meledek usaha pemerintah Israel,
Barak, yang mencapai suatu persetujuan dengan Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO–Palestine Liberation
Organization)
mengenai Kota Sakral Jerusalem. “Mengapa kita berbagi Kota Suci?” dia bertanya, “agar mereka mendapat kesempatan
untuk membunuh kita? Mengapa pula kita butuh mereka di samping kita?” Menegur Perdana Menteri Israel, Barak,
Rabi tersebut menambahkan, ”Anda
membawa ular-ular mendekati kita. Bagaimana Anda dapat berdamai dengan ular? …Barak
memasukkan keturunan Ismail jahat … Dia akan mebawakan kepada kita ular-ular
tinggal di samping kita di Jerusalem. Dia tidak masuk akal.” Surat kabar The Jerusalem Post melaporkan ucapan Rabi tersebut
disambut dengan tepuk tangan. (lihat www.jerusalempost.com – 5 Agustus 2000).
Satu
alasan sikap permusuhan Rabi kepada bangsa Ismailiyat dan klaim mereka pada
Jerusalem adalah ayat Kitab Kejadian dalam Taurat yang menyatakan Ismail
adalah: “…Seorang laki-laki yang kelakuannya seperti keledai liar,
demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan
tiap-tiap orang akan melawannya.” (Kejadian [Genesis],
16: 12)
Dengan
demikian, Rabi dan pengikutnya berargumen bahwa penindasan yang tak berbelas
kasih dan semakin meningkat terhadap warga ras Arab oleh Negara Israel
dibenarkan sebagai suatu bentuk hukuman Tuhan seperti yang disampaikan oleh
kata-kata, “tangan
tiap-tiap orang melawannya”.
Bagaimana lagi orangorang beradab di bagian dunia lain dapat menjelaskan
kekejaman dan keliaran serangan Israel pada perkemahan pengungsi di Jenin?
Tidakkah umat Yahudi telah menulis ulang Taurat dengan tambahan kebatilan
melawan Ismail (‘alayhisalam)
putra Ibrahim? Hal tersebut lebih
memudahkan kita untuk mengenali bahwa penipuan terlibat dalam rencana jahat
Zionis merebut Tanah Suci dari Muslim-Arab guna merestorasi Negara Israel.
Kenapa Yahudi Membenci Islam
Gambaran
Ismail (‘alayhi
salam), Nabi Allah Maha
Tinggi yang ada dalam al-Qur’an, dengan jelas mengungkap pernyataan Taurat
tersebut adalah dusta terhadap Allah Maha Tinggi:
“Dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Kitab
(al-Qur’an), sesungguhnya, dia adalah seorang yang benar janjinya dan dia
adalah seorang Rasul dan Nabi.” “Dia selalu mengajak kaumnya sholat dan
menunaikan zakat dan dia adalah seorang yang diridai (sangat diterima) di sisi
Tuhannya.” (al-Qur’an, Maryam, 19: 54-55)
“Dan ingatlah Ismail, Ilyasa’, dan Zulkifli: Mereka
termasuk orang-orang yang paling baik.” “Ini adalah Pesan (peringatan), dan
sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa disediakan tempat kembali
(terakhir) yang baik.” (al-Qur’an, Shad, 38: 48-49)
“Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim (guna) menghadapi kaumnya. Kami tinggikan kedudukannya beberapa
derajat; karena Tuhanmu Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.”
“Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub,
semuanya (ketiganya) Kami beri petunjuk; dan sebelumnya Kami telah beri
petunjuk kepada Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Daud,
Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun …”
“dan Zakariya dan Yahya dan ‘Isa dan Ilyas: semuanya
termasuk orang-orang yang saleh.”
“dan Ismail, Ilyasa’, Yunus, dan Lut: semuanya Kami lebihkan
(derajatnya) di atas umat lain.”
“(Dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari
leluhur mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Kami telah
memilih mereka (menjadi Nabi dan Rasul). Dan mereka telah Kami beri petunjuk ke
jalan yang lurus.”
“Mereka itulah orang-orang yang telah Kami beri
Kitab, Hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (keturunan mereka) menolaknya,
maka Kami akan mempercayakan tugas mereka kepada umat yang baru yang tidak akan
menolaknya.”
“Mereka adalah (Nabi-nabi) yang menerima petunjuk
Allah, menyampaikan petunjuk yang mereka terima…”
“Persangkaan tidak benar terhadap Allah yang mereka
buat saat mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia
(dengan cara menurunkan wahyu).” Katakanlah, “Maka siapa yang menurunkan Kitab
yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia? Tetapi kalian
membuatnya menjadilembaran-lembaran yang bercerai-berai, kalian memperlihatkan
(sebagiannya) sedangkan yang kalian sembunyikan lebih banyak lagi …”
“Dan ini (al-Qur’an) adalah Kitab yang Kami turunkan
dengan penuh berkah; membenarkan Kitab-kitab (penurunan wahyu) yang datang
sebelumnya, sehingga engkau dapat memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul
Qura (Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya …” (al-Qur’an, al-An’am, 6:
83-92)
Rabi
harus hati-hati pada peringatan mengerikan dalam al-Qur’an ini bagi orang-orang
yang membuat kebohongan terhadap Allah Maha Tinggi termasuk kebohongan mengenai
Ismail dan keturunannya yakni bangsa Arab.
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mengatakan, “Telah diwahyukan
kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, atau (lagi) yang
menyatakan, “Aku dapat menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Alangkah
ngerinya) sekiranya engkau melihat bagaimana orang-orang zalim (mengalami)
kesakitan saat menjemput ajal! Malaikat-malaikat memukul dengan tangannya,
(berkata) “Keluarkanlah jiwamu! Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab
yang menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar
dan (karena) kamu menyombongkan diri menolak Tanda-tanda-Nya!” (al-Qur’an,
al-An’am, 6: 93)
Rabi
dan orang-orang yang memiliki kepercayaan berlandaskan kepalsuan dalam Taurat
yang seperti itu, hidup dalam dunia yang tidak nyata. Persepsi mereka tentang
kenyataan adalah sesat dan menyimpang. Bahaya yang telah dibuat dan masih
dipelihara, adalah kepercayaan yang salah mengenai Ismail (‘alayhi salam) di atas. Taurat tidak pernah
menunjukkan bukti apapun mengenai kejahatan, kelakuan tidak senonoh, atau
kedurhakaan sebagai bagian dari Ismail (‘alayhi salam) yang dapat membenarkan penghukuman kejam yang katanya dari
Tuhan tersebut. Melainkan, Ismailiyat yang sama yang sekarang Rabi memandangnya
rendah sebagai ‘ular’ telah menawarkan kepada umat Yahudi tempat tinggal di
antara mereka selama dua ribu tahun. Mereka menikmati keamanan hidup dan
hartanya dan menerima kebebasan hidup dan beribadah sebagai umat Yahudi di
tengah-tengah masyarakat Arab.
Orang-orang
yang membantu dan masih membantu pembentukan Negara Israel Gadungan
berlandaskan ketidakadilan dan penindasan, adalah orang-orang yang sama sekali
tidak memiliki pengetahuan spiritual. Kebutaan spiritual yang sama membuat
mereka tidak mampu mengenali negara gadungan ini. Kebutaan spiritual itu juga
yang membuat mereka menyatakan bahwa Maryam telah melakukan perzinahan, bahwa
‘Isa (Jesus) al-Masih adalah anak haram, dan bahwa
klaimnya sebagai al-Masih adalah bohong. Itu juga membuat mereka melakukan
perbuatan paling jahat dan memalukan dalam sejarah, yaitu berusaha menyalib
‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam), dan kemudian menyeru dengan bangga bahwa mereka berhasil membunuhnya.
Kebutaan spiritual itu mengakibatkan mereka menolak Nabi Terakhir yang diutus
kepada seluruh umat manusia oleh Tuhan-nya Ibrahim, yaitu Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam). Itu membuat mereka menolak al-Qur’an
sebagai Firman Tuhannya Ibrahim, Yang Maha Tinggi. Kebutaan spiritual mereka
telah membawa mereka, lagi dan lagi, melakukan perbuatan yang membangkitkan
murka Allah Maha Tinggi. Tingkah laku rasial secara finansial, dan ekonomi
mereka saat ini sungguh sangat buruk.
Saat
mereka menghina Musa (‘alayhi
salam), dulu kala, dan
menyatakan bahwa dia dengan Tuhan-nya harus berperang (untuk membebaskan Tanah
Suci) sedangkan mereka tetap duduk di tempat, Allah Maha Tinggi merespon
tingkah laku yang sangat buruk ini dengan mengharamkan Tanah Suci bagi mereka selama
40 tahun, dan dengan mengasingkan mereka sehingga mereka berkeliaran dalam
kebingungan di muka bumi. Kemudian Allah Maha Tinggi menegur Musa (‘alayhi salam) dan berkata kepadanya, ”Janganlah engkau bersedih hati
karena orang-orang yang berdosa ini.” Tidak
ada rasa simpati dalam Firman tersebut.
Bahkan
jika dunia ini tidak memiliki al-Qur’an yang menunjukkan kepalsuan yang ditulis
dalam Taurat, pengetahuan spiritual cukup bagi pengikut-pengikut Taurat dan
al-Kitab untuk memahami ketidakbenaran pernyataan yang berkaitan dengan Ismail (‘alayhi salam). Begitulah mereka tidak layak
mendapatkan simpati pada saat itu, dan untuk alasan yang sama, mereka pun tidak
layak mendapatkan simpati pada saat ini.
Waktu
mereka telah habis. Takdir mereka sudah ditetapkan. Mereka telah tertipu dalam
penipuan terbesar dalam sejarah manusia, ditipu untuk meninggalkan tanah mereka
di mana mereka telah hidup di antara ras Ismailiyat Arab dengan damai, aman,
dan jaminan kebebasan beragama selama dua ribu tahun (di Yaman, Maroko, Mesir,
Iran, Irak, Suriah, dll.) untuk kembali ke Tanah Suci mendukung penindasan dan
ketidakadilan. Dengan begitu tidak menyenangkan, penindasan tersebut meningkat
hari demi hari. Umat Muslim tidak menipu mereka. Umat Muslim tidak mengundang
mereka untuk kembali. Al-Qur’an menyatakan bahwa Tuhannya Ibrahim sendiri telah
menakdirkan kembalinya mereka. Tuhan yang sama, Maha Tinggi yang dua kali
menakdirkan kehancuran Tempat Ibadah yang dibangun oleh Sulaiman (‘alayhi salam) akan memastikan sendiri kehancuran Negara
Israel Gadungan itu. Hal tersebut akan terjadi dan tidak dapat dihindari, hukuman
terberat Tuhan yang belum pernah ditimpakan kepada umat apapun dalam sejarah
akan terjadi di depan mata mereka yang ketakutan. Biarkan Rabi mengambil
peringatan! Persepsi menyimpang yang dengan jelas dapat dikenali dalam
pernyataan Rabi, dapat terlihat pula dalam dua partner negosiasi, yang telah
bernegosiasi dalam suatu pelaksanaan yang sia-sia mengenai masa depan Jerusalem
dan Tanah Suci, yaitu PLO dan Negara Israel. Dalam kasus mereka, keduanya
menunjukkan ketidakpedulian total atau mengabaikan al-Qur’an dan Taurat sebagai
sumber petunjuk mengenai masalah tersebut. Mereka lebih mirip satu sama lain
daripada menganut agama Islam atau Yahudi. Mereka berdua adalah gerakan
nasionalis sekuler yang mengeksploitasi agama. Nasionalis sekuler tidak
memiliki hasrat untuk mencari Kebenaran Mutlak.
Mungkin
beberapa kompromi yang cerdik dapat dicapai terkait keinginan Palestina pada
bagian timur Jerusalem sebagai ibu kota Negara Palestina mereka. Tetapi jika
dan saat Negara Palestina tersebut terbentuk, negara itu akan menjadi bentuk
tiruan Negara nasionalis sekuler Yahudi Israel. Kemudian Tanah Suci akan dikuasai
Tatanan Dunia Syirik yang muncul dari Peradaban Barat Modern. Syirik adalah
perbuatan yang dilakukan saat kedaulatan ada pada negara bukan pada Allah Maha
Tinggi! Syirik dilakukan saat negara diberi kekuasaan tertinggi dan saat hukum
negara menjadi hukum tertinggi!
Pertunjukkan
Syirik paling terang-terangan yang pernah kami temui adalah anjuran pemerintah
Amerika Serikat dalam menyelesaikan konflik antara Pemerintah Israel dan PLO
mengenai letak Masjid yang dibangun Sulaiman (‘alayhi salam), sekarang dikenal Muslim adalah al-Haram asy-Syarif, dan
bagi umat Yahudi adalah Gunung Kuil. Amerika Serikat berencana memberikan
‘kedaulatan’ atas Tembok Bagian Barat (atau ‘Tembok Ratapan’) kepada Negara
Israel. Umat Yahudi mengenalinya sebagai sisa Kuil (Tempat Ibadah) asli yang
dibangun Sulaiman (‘alayhi
salam). Negara Palestina,
di pihak yang lain, memiliki ‘kedaulatan’ atas Masjid al-Aqsa dan Masjid Umar.
Dan Tuhannya Ibrahim (‘alayhi
salam) akan dipuaskan dengan
memiliki ‘kedaulatan’ atas sisa dari al-Haram asy-Syarif.
Syirik
dilakukan saat negara menyatakan Halal apa yang dinyatakan Haram oleh Allah
Maha Tinggi, dan sebaliknya. Hal itu sepasti matahari terbit dari timur bahwa
Negara Palestina pada masa depan akan mengijinkan perjudian dan lotere dan
bahkan akan membentuk lotere yang didukung negara. Negara akan mengijinkan
Riba, memberikan pinjaman dan meminjam uang dengan bunga.
Negara
akan mengijinkan konsumsi alkohol. Dengan kata lain, Negara Palestina akan
menganut Syirik yang sama persis dengan Negara Yahudi dan bagian dunia lain
(termasuk juga dunia Muslim) yang telah melakukannya. Negara Palestina yang
dibentuk oleh PLO juga akan menimpakan kepada masyarakatnya dekadensi yang sama
yang sekarang meliputi Negara sekuler Yahudi juga bagian dunia lainnya.
Muslim
tidak bisa, dan seharusnya jangan, memberikan dukungan pada persetujuan apapun
seperti Rencana Saudi sekarang ini yang mencoba mengakui Negara nasionalis
sekuler Israel dan menerima penindasan lima puluh tahunnya kepada warga pribumi
Palestina, umat Kristen juga Muslim. Jangan pula umat Muslim menerima
pembentukan Negara Palestina di Tanah Suci yang akan menjadi replika Negara
Yahudi. (Yang harus umat Muslim terima adalah pembentukan Khilafah Islam [penerj.]).
Buku
ini juga menjelaskan kenyataan bagi umat Yahudi yang dengan begitu saja
menerima nasionalis sekuler Israel sebagai wakil dari negara mulia yang dibentuk
oleh Daud (‘alayhi
salam) dan Sulaiman (‘alayhi salam). Negara Israel ini adalah satu
kepalsuan yang telah menipu umat Yahudi. Dr. Ismail Raji al-Faruqi, sarjana
Islam Palestina yang terang-terangan mengecam Israel, dan yang dibunuh dalam
kegelapan, menggambarkan Israel sebagai “sebuah perusahaan penjajah”, “menyusun
makar dalam dosa”, “dibentuk atas konsep misi dan karakter nasional yang
usang”, dan “kekuatan militer yang menindas warga pribumi”. Warga pribumi Arab
yang dipaksa keluar dari rumah mereka atau pergi karena teror adalah warga yang
menyembah Tuhannya Ibrahim. Namun, bahkan saat umat Yahudi telah mendapatkan
kekuasaannya atas Tanah Suci, mereka menolak untuk mengundang para pengungsi
Palestina tersebut kembali ke rumah mereka atau mengijinkan mereka kembali ke
rumahnya sendiri. Sampai hari ini, lebih dari lima puluh tahun sejak
pembentukannya, Negara Yahudi tetap menolak para pengungsi Palestina kembali ke
rumah mereka dan malah meluaskan ajakan terbuka kepada umat Yahudi, di manapun
mereka berada di dunia, untuk datang dan tinggal di Tanah Suci. Hal ini
bukanlah perilaku yang baik!
Nubuat
Nabi Muhammad (shollallahu
‘alayhi wassalam) menandakan
bahwa Negara Zionis Israel pada akhirnya akan mengkhianati Bani Israel dan melemparnya
ke hadapan orang-orang yang tanpa henti-hentinya ditindas Israel dengan
penindasan terang-terangan dan tanpa rasa malu. Yassir Arafat juga seorang
penipu yang tidak mewakili penduduk Palestina yang direbut rumahnya dan tanpa
henti-hentinya ditindas Israel selama lebih dari lima puluh tahun. Banyak
penduduk Palestina yang tinggal di kemah di Lebanon dan di tempat lainnya
selama lebih dari lima puluh tahun. Arafat dapat mengkhianati mereka seperti
Israel mengkhianati umat Yahudi. Orang-orang yang dikhianati Arafat pada
akhirnya akan berada di barisan depan pasukan Muslim yang akan melawan dan
menghukum warga Yahudi di Tanah Suci saat Negara Israel meninggalkan mereka.
Pasukan Muslim tersebut telah menunjukkan keahlian perangnya di Lebanon
Selatan. Dan penarikan pasukan Israel dari Lebanon Selatan yang secara efektif
meninggalkan pasukan Kristen di wilayah itu (setelah berperang demi Israel)
adalah awal dari peristiwa lebih dramatis yang akan terjadi.
Penindasan
ras Arab Ismailiyat oleh Negara sekuler Yahudi Israel secara dramatis meningkat
dalam bentuk penindasan religius, politik, dan ekonomi di Tanah Suci.
Penindasan tersebut masih terus meningkat. Dalam keadaan inilah, sekarang kita
dapat memahami nubuat tidak menyenangkan dari Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam) yang menyatakan:
“Kamu pasti akan memerangi umat Yahudi,
dan kamu pasti akan membunuh mereka, (dan ini akan berlanjut) hingga (bahkan)
batu akan berbicara: Wahai Muslim! Ada orang Yahudi bersembunyi di belakangku,
datang dan bunuhlah dia!” (Sahih Bukhari)