Penjelasan Al-Qur’an Tentang Kembalinya Umat Yahudi ke Tanah Suci
“Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda-Nya maka kamu akan mengetahuinya; dan Tuhanmu tidak lengah terhadap semua yang kamu kerjakan.” (al-Qur’an, an-Naml, 27: 93)
Kita
hidup pada masa umat Yahudi kembali ke Jerusalem untuk memilikinya lagi
setelah diusir Tuhan selama hampir dua ribu tahun. Saat ini, Jerusalem tumbuh
makmur, mengembangkan kekuatan, dan mempengaruhi seluruh wilayah
di sekitarnya. Negara Israel telah memastikan perjanjian ‘damai’ yang menguntungkan
dengan negara-negara sahabat seperti Mesir dan Yordania. Israel juga
telah membuat persetujuan dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO –
Palestine Liberation
Organization),
sehingga semakin melemahkan pihak yang menentang
pembentukan Negara Yahudi. Bahkan Saudi Arabia diam-diam masuk dalam
pelukan Israel hingga secara dramatis menawarkan Rencana Saudi (Saudi Plan)
yang mengakui Negara Yahudi.
Pada
saat yang sama, Madinah kembali menjadi kota ‘terpencil dan terbelakang’
yang tidak mempunyai pengaruh apapun di wilayah sekitarnya atau pun
di dunia secara luas. Selain itu, yang semakin merendahkan Madinah adalah Negara
Saudi yang dibentuk dari keruntuhan Khilafah Islam, malah menjadi negara
sahabat Inggris. Saat Amerika Serikat menggantikan Inggris sebagai Negara Penguasa di dunia, Negara Saudi pun menjadi negara sahabat Amerika Serikat.
Saudi Arabia, seperti Israel, dari sejak awal keberadaannya bergantung (pertama)
pada Inggris, dan kemudian pada Amerika Serikat agar tetap bisa bertahan.
Aliansi
Saudi-Wahabi di Negara Saudi dengan penuh kesungguhan memelihara status
negara sahabat dengan Inggris sejak 1916, saat ‘Abdul ‘Aziz bin Saud menerima
uang sejumlah 5.000 poundsterling tiap bulan dari Inggris sebagai balasan
atas kerjasama membantu Inggris merebut wilayah Hijaz dari kekuasaan Khilafah
Islam Ottoman. Gerakan
religius Wahabi memelihara status negara sahabat dengan umat Kristen
dan Yahudi Barat. Mereka selalu memegang pandangan bahwa umat Kristen
dan Yahudi lebih dekat kepada mereka daripada umat Muslim lainnya. Kaum
Wahabi menganggap umat Muslim non-Wahabi adalah Kafir dan menghina mereka
semua melakukan Syirik! Sementara
itu, Negara Israel pun muncul sebagai negara sahabat Barat.
Perbedaan
dasar di antara dua negara sahabat Barat ini, yakni Israel dan Saudi Arabia,
adalah bahwa Negara Israel ditakdirkan tidak hanya bergantung pada hubungan
negara sahabat tersebut, tetapi juga akan muncul sebagai negara adikuasa
yang akan melebihi Inggris dan Amerika Serikat dan kemudian menjadi Negara Penguasa di dunia. Saat hal itu terjadi, Negara Saudi akan menjadi sahabat
Israel.
Nabi
(shollallahu ‘alayhi wassalam) membuat nubuat bahwa hal ini akan
terjadi. Tetapi
nubuat tersebut mengungkapkan takdir yang tidak menyenangkan bagi Israel.
“Dari
Mu’adz bin Jabal: Nabi (shollallahu
‘alayhi wassalam) bersabda:
Negara makmur
Jerusalem akan ada saat Yatsrib (Madinah di Saudi Arabia saat ini) dalam
keruntuhannya, keruntuhan Negara Yatsrib akan terjadi saat perang besar datang,
pecahnya perang besar akan menghasilkan penaklukan Konstantinopel, dan
penaklukan Konstantinopel saat Dajjal (al-Masih palsu atau Anti-Kristus) muncul.
Dia (Nabi) menepuk pahanya atau bahunya dengan tangannya dan berkata:
Hal ini benar seperti kamu berada di sini atau kamu duduk (maksudnya Mu’adz
bin Jabal).” (Sunan
Abu Daud)
Negeri
makmur Jerusalem saat ini, pada intinya mewujudkan nubuat di atas.
Israel dengan berhasil menentang presiden Amerika Serikat juga Dewan Keamanan
PBB yang keduanya menyerukan penarikan militer Israel dari Tepi Barat
Palestina. Hal ini terjadi setelah Israel merespon gelombang gerakan bom manusia
Palestina (yang adalah Syuhada
dan tidak seharusnya disebut bom bunuh diri).
Hal ini akan meningkat saat Israel melancarkan perang terbesarnya. Perang itu
akan mengantarkan Israel pada proses dramatis perluasan wilayahnya. Nubuat Nabi
(shollallahu ‘alayhi wassalam) di atas kemudian akan menjadi lebih
jelas untuk dipahami.
Keruntuhan
ekonomi Amerika Serikat yang diprediksi akan terjadi dan keberhasilan
Israel menentang seruan Amerika Serikat sehingga Israel pun memperluas
wilayahnya dengan perang akan mengakibatkan perwujudan lengkap nubuat
tersebut. Hal yang sama pada nubuat runtuhnya Yatsrib (Madinah), intinya terwujud
dalam status Saudi Arabia yang menjadi negara sahabat Amerika Serikat yang
tidak bertuhan. Saat Israel mengambil alih peran negara adikuasa di dunia dan
Negara Saudi menjadi sahabat Israel, maka lengkaplah perwujudan nubuat tersebut.
Dampaknya adalah umat Muslim saat ini berada di tepi perang besar yang
mungkin akan mulai dilancarkan Israel bersama pasukan Turki-Kemalis.
Nabi
(shollallahu ‘alayhi wassalam) membuat nubuat umat Muslim akan berperang dengan
Turki yang kekuatan militernya sekarang diperalat oleh Israel:
“Dari Abu Hurairah: Nabi besabda: Hari
Kiamat tidak akan terjadi hingga kalian memerangi bangsa yang memakai sepatu
berbulu dan hingga kalian memerangi bangsa Turki, yang bermata kecil, muka merah,
dan hidung datar; dan muka mereka seperti perisai datar. Dan kalian akan
menemukan orang-orang terbaik adalah mereka yang membenci tanggung jawab memimpin hingga
mereka dipilih menjadi pemimpin. Dan orang-orang memiliki sifat yang berbeda-beda,
yang terbaik pada periode pra Islam adalah yang terbaik dalam Islam. Akan
datang suatu waktu saat kalian akan lebih ingin menemui aku daripada keluarga dan harta
kalian dilipatgandakan.” (Sahih Bukhari)
Perang
mungkin dapat dimulai dengan sebuah serangan Turki terhadap Suriah yang
akan digunakan Israel untuk memicu lautan api yang lebih besar di wilayah itu.
Tetapi pada akhirnya, Negara Israel akan muncul sebagai Negara Penguasa di
dunia. Setelah peristiwa ini, Dajjal akan muncul pada dimensi waktu seharinya sama dengan hari ‘kita’ yakni dia akan muncul di dunia kita
ini. Tentunya dia akan
muncul di Jerusalem sebagai pemimpin Negara Israel. Saat Dajjal al-Masih Palsu
muncul, pada saat itulah al-Masih Asli putra Maryam akan kembali. Dia akan
membunuh Dajjal kemudian pasukan Muslim akan menghancurkan Negara Israel.
Al-Qur’an
membuat nubuat kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci dan juga
menjelaskan dampaknya. Ada sejumlah ayat al-Qur’an dan nubuat dari sabda
Nabi (shollallahu ‘alayhi wassalam) mengenai takdir Jerusalem. Para pembaca seharusnya
mengarahkan perhatian penuh pada sepuluh pernyataan mengenai takdir
Jerusalem berikut ini.
Baik
al-Qur’an maupun Hadits menegaskan bahwa ‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam) suatu
hari akan kembali ke dunia. Pada saat itu, umat Yahudi tidak memiliki pilihan
kecuali mempercayainya sebagai al-Masih. Kemudian mereka akan dihancurkan,
tetapi akan mati dengan pengetahuan yang pasti bahwa ‘Kebenaran’ yang
mereka pegang sebenarnya adalah ‘kebatilan’. Sedangkan pesan-pesan yang mereka
tolak dari ‘Isa (‘alayhi
salam) dan Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam) sesungguhnya
adalah ‘Kebenaran’. Dengan demikian, mereka akan mati dengan pengetahuan
yang pasti bahwa mereka akan masuk neraka.
Setelah
mereka berseru dengan angkuh telah menyalib ‘Isa (‘alayhi salam), Allah
mengusir mereka dari Tanah Suci. Kemudian al-Qur’an menetapkan takdir Jerusalem
dan umat Yahudi sebagai berikut:
● Diaspora umat Yahudi
yang terpecah-belah menjadi banyak golongan dan
tersebar ke berbagai penjuru bumi,
● Umat Yahudi dilarang
kembali ke Tanah Suci untuk memilikinya lagi,
● Kesempatan umat
Yahudi diampuni Allah Maha Pengasih, jika mereka beriman
pada Nabi yang ummi
(non-Yahudi),
● Tuhan menakdirkan
kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci pada
‘Akhir Waktu’ (tahap akhir dari ‘Zaman Akhir’),
● Ya’juj dan Ma’juj
bertanggung jawab atas kembalinya umat Yahudi ke Tanah
Suci,
● Peringatan bagi umat
Yahudi bahwa hukuman Tuhan dapat terulang kembali,
● Peringatan hukuman
terburuk akan ditimpakan kepada umat Yahudi,
● Kebutaan spiritual
saat tiba waktunya hukuman final,
● Ditemukannya jenazah
Fir’aun yang menandakan bahwa umat Yahudi akan
mengalami nasib yang sama seperti yang dia alami,
● Umat Yahudi tidak
mempunyai pilihan kecuali mempercayai ‘Isa (‘alayhi salam) sebagai al-Masih saat dia kembali tetapi hal itu sudah
terlambat untuk menyelamatkan mereka dari hukuman yang mengerikan
dan dari api nereka.
1. Diaspora umat Yahudi yang
terpecah-belah menjadi banyak golongan dan
tersebar ke berbagai penjuru bumi Saat
Allah Maha Tinggi mengusir umat Yahudi dari Tanah Suci setelah mereka
menolak al-Masih dan berusaha membunuhnya, Dia membuat sebuah peringatan
yang menetapkan bahwa Diaspora
kali ini berbeda. Sebelumnya di Babilonia,
umat Yahudi tetap dalam satu komunitas homogen yang hidup di satu
lokasi geografis. Tetapi pada saat pengusiran kedua mereka, Allah Maha Tinggi
menyatakan bahwa kali ini berbeda.
“dan Kami sebar mereka menjadi banyak golongan yang
terpisah (ke berbagai penjuru) di bumi…”
(al-Qur’an, al-’Araf, 7: 168)
Pernyataan
al-Qur’an ini terwujud secara menakjubkan, selama dua ribu tahun,
umat Yahudi tetap tersebar ke berbagai penjuru di dunia. Selama periode
ini mereka tinggal di Yaman, Maroko, Irak, Iran, Mesir, Yordania, Libya,
Etiopia, Arabia, Suriah, Turki, dll. Penyebaran
aneh Diaspora umat Yahudi selama dua ribu tahun
menandakan kemarahan
dan hukuman Tuhan dan pemeluk Yahudi pun banyak yang mengakuinya.
2. Umat Yahudi dilarang kembali ke
Tanah Suci untuk memilikinya lagi Setelah
mengusir umat Yahudi, Allah Maha Tinggi melarang mereka kembali
ke Tanah itu untuk memilikinya. Larangan itu menjadi kenyataan sejarah
dan tetap berlaku selama dua ribu tahun. Dan hal ini mengandung konfirmasi
yang dramatis dari pernyataan al-Qur’an dalam surat al-Anbiyah:
“Dan ada larangan pada (penduduk) sebuah Kota yang
telah Kami hancurkan: bahwa mereka (penduduk kota itu ) tidak
akan kembali (untuk memiliki Kota mereka lagi).” (al-Qur’an, al-Anbiyah, 21: 95)
Seperti
yang sebelumnya telah dijelaskan, Kota yang disebutkan itu adalah Jerusalem.
Larangan Tuhan bagi umat Yahudi kembali ke Jerusalem (dan Tanah
Suci) untuk memilikinya lagi menandakan kemarahan dan hukuman Tuhan.
Itu juga berarti menyampaikan pesan kepada mereka bahwa mereka tidak
lagi menjadi ‘Umat Pilihan’.
3. Kesempatan umat Yahudi diampuni
Allah Maha Pengasih, jika mereka beriman
pada Nabi yang ummi
(non-Yahudi) Bahkan
setelah Allah Maha Tinggi mengusir umat Yahudi dari Tanah Suci
kemudian melarang mereka kembali ke Jerusalem (untuk memilikinya lagi),
al-Qur’an menyatakan bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan
ampunan dari Allah Maha Pengasih:
“Mudah-mudahan Tuhan kalian memberikan kasih sayang
(ampunan) kepada kalian…” (al-Qur’an, Bani Israel, 17: 8)
Allah
Maha Tinggi memberi mereka periode waktu yang Dia siapkan untuk
mengampuni mereka jika mereka memperbaiki jalan mereka, mencari ampunan-Nya,
dan kembali pada Agama Ibrahim (‘alayhi salam). Tetapi hanya ada
satu pintu untuk mendapatkan ampunan tersebut. Al-Qur’an menegur Bani Israel
yang telah menerima Taurat dan Injil dan menginformasikan mereka jalan
menuju ampunan sebagai berikut:
“Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi,
yang (namanya) disebutkan dalam (Kitab) milik mereka sendiri –
Taurat dan Injil – yang menyuruh mereka berbuat yang makruf (baik dan adil)
dan melarang mereka dari yang mungkar (jahat dan tidak adil); dan yang
menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang
buruk bagi mereka; dia membebaskan mereka dari beban berat dan
penindasan yang menimpa mereka. Adapun orang-orang yang beriman padanya,
menghormatinya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan
kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung (dan
mendapat keselamatan).” (al-Qur’an, al-’Araf, 7: 157)
Maka
dari itu, dengan menerima, mengimani, dan mengikuti Nabi Terakhir (shollallahu ‘alayhi wassalam), ampunan dan kasih sayang pun dapat
diperoleh. Ada
sejumlah tanda untuk mengetahui bahwa waktu yang diberikan kepada
Bani Israel, untuk mendapat ampunan telah habis. Di antara tanda tanda itu
ialah lepasnya Dajjal dan Ya’juj-Ma’juj ke dunia. Keduanya terjadi
pada masa hidup Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam), tujuh
belas bulan setelah beliau tinggal di Madinah bersama umat Yahudi.
Sampai
saat itu, menjadi sangat jelas bahwa umat Yahudi telah menolak beliau (shollallahu ‘alayhi wassalam) dan al-Qur’an, dan bahkan berkonspirasi
untuk menghancurkan
Islam. Pada saat itulah, Allah Maha Tinggi menurunkan wahyu
yang menetapkan Ka’bah di Mekah sebagai Kiblat baru dalam solat. Perubahan
Kiblat dari Jerusalem ke Mekah menandakan bahwa satu-satunya pintu
kesempatan bagi umat Yahudi untuk mendapatkan Ampunan dan Kasih Sayang
Tuhan telah ditutup, Zaman Akhir telah dimulai, dan hukuman yang tak
terelakkan bagi umat Yahudi sudah tidak bisa dihindari. Itu adalah sesuatu yang
sudah ditetapkan.
Meskipun
Zaman Akhir telah dimulai dan pintu menuju ampunan Tuhan telah
ditutup, umat Yahudi masih harus menunggu sebelum hukuman final
mereka terjadi. Dalam periode waktu yang panjang sebelum hitungan
mundur
pada hukuman final dimulai, umat Yahudi sebenarnya menemukan perlindungan
di tengah-tengah umat Muslim:
“Mereka diliputi kehinaan di mana pun mereka berada
kecuali saat di bawah perjanjian (perlindungan) dari Allah dan dari
orang-orang beriman; mereka mendapat murka dari Allah, dan diliputi kesengsaraan.
Yang demikian itu karena mereka mengingkari Tanda-tanda Allah, dan
membunuh Nabi-nabi untuk menentang Kebenaran. Yang demikian itu karena
mereka durhaka dan
melampaui batas.” (al-Qur’an, Ali-Imran, 3: 112)
Waktu
‘hitungan mundur’ terjadinya hukuman dimulai dengan Tanda dari Allah
Maha Tinggi. Di antara Tanda-tanda itu, satu yang paling dapat dilihat adalah
ditemukannya jenazah Fir’aun yang tenggelam saat mengejar Musa (‘alayhi salam) dan Bani Israel. Sayangnya bagi umat Yahudi, jenazah Fir’aun (Ramses
II) yang telah ditemukan merupakan tanda bahwa sekarang sudah terlambat
bagi mereka untuk menyesal (bertobat) dan menerima kebenaran yang
diturunkan oleh Tuhannya Ibrahim (‘alayhi salam) dalam al-Qur’an,
dan
percaya bahwa Muhammad (shollallahu
‘alayhi wassalam) adalah
Rasul Allah
Maha Tinggi yang terakhir. Juga sudah terlambat bagi mereka untuk menghindari
hukuman terbesar dari Tuhan:
“Apakah mereka menunggu kedatangan para Malaikat
kepada mereka, atau kedatangan Tuhanmu (sendiri), atau ‘Tanda-tanda’
yang pasti dari Tuhanmu? Pada hari ‘Tanda-tanda’ dari Tuhanmu datang
(Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, penemuan jenazah Fir’aun, dll.) tidak berguna
lagi iman seseorang, jika beriman sebelum berbuat kebajikan dengan imannya
itu. Katakanlah: “Tunggulah! Kami pun menunggu.” (al-Qur’an, al-An’am, 6: 158)
4.Tuhan menakdirkan kembalinya umat
Yahudi ke Tanah Suci pada
‘Akhir Waktu’ (tahap akhir dari ‘Zaman Akhir’) Selanjutnya,
al-Qur’an menyatakan bahwa Allah Maha Tinggi sendiri membawa
umat Yahudi kembali ke Tanah Suci pada ‘Akhir Waktu’. Umat Yahudi
ditipu sehingga meyakini bahwa kembalinya mereka ke Tanah Suci untuk
menguasainya berarti mengesahkan klaim mereka terhadap Kebenaran. Nubuat
mengenai kembalinya mereka untuk yang terakhir kali ke Tanah Suci
pun terwujud menjadi kenyataan, bahkan lebih mengejutkan, melalui pembentukan
Negara Israel Gadungan:
“Dan setelah itu Kami berfirman kepada Bani Israel:
tinggallah dengan aman di Tanah (Suci) (dengan syarat kalian tetap beriman
pada Allah dan kalian tetap berbuat baik), tetapi (ketahuilah) saat
peringatan terakhir datang (saat Zaman Akhir datang), niscaya kami (akan) mengumpulkan
kalian bersama dalam keadaan bercampur baur (kalian semua akan
dibawa kembali ke Tanah Suci lengkap dengan semua perbedaan kalian yang
terakumulasi selama ribuan tahun dalam Diaspora yang tersebar).” (al-Qur’an, Bani Israel, 17: 104)
Nubuat
al-Qur’an ini menyatakan bahwa pada Zaman Akhir akan terjadi peristiwa
kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci yang mengumpulkan perbedaan
dan heterogenitas mereka. Kata ‘lafif’ merupakan
kumpulan
manusia
yang tidak sama. Ini adalah deskripsi yang tepat mengenai warga Yahudi
di Israel sekarang. Mereka adalah ‘kumpulan pemeluk agama Yahudi
yang beraneka ragam’ dari berbagai macam bagian dunia, berbicara dalam
bahasa yang berbeda dengan logat yang berbeda, memakai pakaian yang
berbeda, memakan makanan yang berbeda, beribadah dengan cara yang
berbeda di sinagog yang berbeda, dll. Tetapi perbedaan yang paling menakjubkan
adalah ras, dan itu mewujudkan nubuat al-Qur’an menjadi kenyataan.
Israel modern terdiri dari banyak penganut Yahudi yang asli Eropa dengan
mata biru dan rambut pirang. Ada kemunculan bukti genetis yang menunjukkan
bahwa umat Euro-Yahudi (Yahudi Ashkenazi) berbeda secara
genetis
dengan manusia lainnya di bumi. Homogenitas rasial umat keturunan Ibrahim
(‘alayhi salam) melalui Ishak (‘alayhi salam) dan Yakub (‘alayhi salam) telah menghilang. Apa
makna dan dampak dari terwujudnya nubuat Qur’ani mengenai kembalinya
umat Yahudi ke Tanah Suci pada Zaman Akhir?
5. Ya’juj dan Ma’juj bertanggung
jawab atas kembalinya umat Yahudi ke
Tanah Suci Paling
tidak ada tiga ayat dalam al-Qur’an yang dengan jelas menyebutkan hukuman
Tuhan bagi umat Yahudi saat mereka dibawa kembali ke Tanah Suci. Berikut
ini adalah dua dari tiga ayat tersebut:
“Dan ada larangan pada (penduduk) sebuah Kota yang
telah Kami hancurkan: bahwa mereka (penduduk kota itu) tidak
akan kembali (untuk memiliki Kota mereka lagi)” “Hingga dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dan
(kemudian) mereka (Ya’juj dan Ma’juj) turun berkerumun dengan cepat
dari setiap ketinggian (atau menyebar ke segala arah).” (al-Qur’an, al-Anbiyah, 21: 95-96)
Sementara
identitas ‘Kota’ itu tidak dinyatakan secara langsung, sangat jelas
bahwa itu tidak mungkin selain Jerusalem. Ada identifikasi Qur’ani yang secara
tersirat sebagai berikut: Para Rabi di Madinah menanggapi permohonan orang-orang
Quraisy untuk menunjukkan cara bagaimana mereka dapat menentukan
apakah Muhammad (shollallahu
‘alayhi wassalam) adalah
Nabi atau bukan.
Tanggapan mereka adalah dengan mengajukan tiga pertanyaan. Jika dia dapat
menjawab ketiganya dengan benar maka dia memang Nabi asli. Allah Maha
Tinggi merespon dengan menurunkan jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut
dalam al-Qur’an. Jawaban dari dua pertanyaan (tentang para pemuda yang
lari ke gua dan ‘penjelajah agung’ yang menjelajah sampai ke dua ujung bumi)
diletakkan dalam Surat al-Kahfi (lihat al-Kahfi, 18: 9-26; dan 83-98).
Namun
jawaban untuk pertanyaan ketiga (tentang ruh) diletakkan dalam Surat Bani
Israel, 17:85. Dampak dari pengaturan yang misterius ini adalah prinsip penafsiran
yang menghubungkan dua Surat al-Qur’an sebagai pasangan. Dr. Israr
Ahmad, sarjana al-Qur’an yang terkemuka, telah menunjukkan banyak bukti
yang mengkonfirmasi bahwa dua surat tersebut adalah pasangan.
Dengan
begitu, untuk menentukan identitas para pemuda dalam gua, Dzulqarnain,
Ya’juj dan Ma’juj, dan Qaryah
(Kota), kami harus menelaah Surat
Bani Israel (surat ke-17). Ketika kami melakukannya, kami menemukan bahwa
Surat tersebut berkaitan dengan hanya satu Qaryah (Kota),
yakni Jerusalem. Di
sisi lain, Hadits Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam), secara langsung
menentukan identitas Kota tersebut. Tidak hanya Jerusalem disebutkan
namanya dalam Hadits terkait Ya’juj dan Ma’juj tetapi juga tidak
ada Kota lain yang dihancurkan Allah Maha Tinggi yang disebutkan selain
Jerusalem. Hadits berikut menggambarkan dan menceritakan peristiwa kembalinya
‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam), cukup untuk membentuk hubungan antara
Ya’juj dan Ma’juj dengan Tanah Suci, termasuk Jerusalem. Dan dengan demikian,
identitas Qaryah (Kota) tidak mungkin selain Jerusalem:
“Dari al-Nawwas bin Sam’an: … pada
keadaan itulah Allah akan menurunkan kepada ‘Isa (‘alayhi salam) wahyu
ini: Aku telah memunculkan dari antara hambahamba- Ku suatu kaum yang tidak akan ada yang
dapat melawannya; engkau bawalah orang-orang ini dengan selamat ke Tur,
kemudian Allah akan mengirim Ya’juj dan Ma’juj dan mereka akan turun berkerumun
dengan cepat dari setiap ketinggian. Yang pertama dari mereka akan melewati Danau
Tiberius (Laut Galilee) dan meminum airnya. Dan saat yang terakhir dari
mereka melewatinya, dia akan berkata: Dulu pernah ada air di sini. ‘Isa (‘alayhi salam) dan
sahabat-sahabatnya kemudian akan dikepung di Tur (dan mereka akan begitu
tertekan) sehingga kepala lembu jantan akan lebih diinginkan mereka daripada
seratus Dinar…” (Sahih Muslim)
Laut
Galilee ada di Tanah Suci dan Tur yang disebutkan dalam Hadits adalah
sebuah gunung di Jerusalem. Hal ini disebutkan dalam Hadits versi lain yang
diriwayatkan oleh orang yang sama:
“Ya’juj dan Ma’juj akan berjalan hingga
mereka sampai di gunung al-Khamr, dan itulah gunung di Baitul Maqdis
(Jerusalem) dan mereka akan berkata: Kami telah membunuh orang-orang yang ada di bumi.
Sekarang biarkan kami membunuh orangorang yang ada di langit. Mereka akan
menembakkan anak panahnya ke langit dan anak panah tersebut akan kembali kepada
mereka dengan berlumur darah.” (Sahih Muslim)
Sekarang
kita sampai pada keadaan mengenali kembalinya umat Yahudi ke
Jerusalem pada ‘Akhir Waktu’ sebagai pertanda yang tidak hanya mengkonfirmasi
lepasnya Ya’juj dan Ma’juj tetapi juga menandakan bahwa mereka
sekarang menguasai dunia dengan kekuatan yang tak terkalahkan. Ya’juj
dan Ma’juj adalah pelaku Fasad
(lihat al-Qur’an, al-Kahfi, 18: 94). Fasad berarti
“kerusakan, kelicikan, kejahatan, kekejaman, tidak bermoral, durhaka,
dll.”
Saat Ya’juj dan Ma’juj memeluk suatu umat maka mereka membimbing
umat tersebut menuju api neraka. Hadits menunjukkan bahwa globalisasi
pada Zaman Ya’juj dan Ma’juj akan mencapai puncaknya dengan 999
dari setiap seribu orang akan memasuki api neraka:
“Dari Abu Said al-Khudri: Nabi
bersabda: Pada Hari Kebangkitan, Allah akan berseru: Wahai Adam! Adam akan
menjawab: Labbaik Tuhan
kami, dan sa’daik. Kemudian akan ada seruan (berkata):
Allah memerintah engkau mengambil dari keturunanmu untuk dibawa ke api
(neraka). Adam akan bertanya: Ya Tuhan! Berapa banyak mereka yang dimasukkan ke api
(nereka)? Allah akan menjawab: Dari setiap seribu, ambillah 999. Pada saat
itu setiap wanita hamil akan menggugurkan kandungannya dan rambut setiap anak
akan beruban. “Dan kalian akan melihat umat manusia dalam keadaan mabuk,
padahal tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.” (al-Qur’an, al-Hajj,
22: 2). (saat Nabi menyebutkan ini), orang orang begitu tertekan (dan khawatir) sehingga
(raut) muka mereka berubah, pada saat itulah Nabi bersabda: Dari Ya’juj dan
Ma’juj 999 orang akan diambil, dan satu dari kalian. Kalian umat Muslim
(dibandingkan dengan banyaknya jumlah umat manusia yang lain) bagaikan satu rambut hitam
di kulit lembu putih, atau satu rambut putih di kulit lembu hitam, dan aku berharap
bahwa kalianlah seperempat dari penduduk surga. Pada saat itu, kami berseru:
Allahu Akbar! Kemudian dia bersabda: Aku harap kalian akan menjadi sepertiga dari
penduduk surga. Kami berseru lagi: Allahu Akbar! Kemudian dia bersabda: (Aku harap
kalianlah) setengah dari penduduk surga. Maka kami berkata: Allahu Akbar.” (Sahih Bukhari)
Kembalinya
umat Yahudi ke Jerusalem dan restorasi Negara Israel dicapai melalui
Ya’juj dan Ma’juj dan al-Masih Palsu (al-Masih ad-Dajjal). Dengan demikian,
hal itu mengandung bahaya terbesar dalam sejarah umat Yahudi. Pada
kenyataannya, nasib mereka sudah ditetapkan. Tetapi, bahkan mereka tidak
menyadarinya. Hanya dengan memeluk al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan
Tuhannya Ibrahim, dan ajaran Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam),
Nabi Terakhir, akan menjadi mungkin bagi umat Yahudi untuk menyadari
kenyataan yang sekarang mereka hadapi. Buku yang bersumber dari al-Qur’an
dan Hadits ini seharusnya membantu mereka memahami kenyataan itu.
6. Peringatan bagi umat Yahudi bahwa
hukuman Tuhan dapat terulang kembali Al-Qur’an
memperingatkan umat Yahudi bahwa jika mereka kembali pada jalan
kejahatan maka Allah Maha Kuasa akan kembali dengan hukuman-Nya. Pertama,
Dia menghukum mereka dengan pasukan Babilonia. Kemudian Dia menghukum
mereka dengan pasukan Romawi. Hukuman terakhir, saat itu terjadi,
Dia akan menghukum mereka dengan pasukan Muslim:
“Mudah-mudahan Tuhan kalian memberikan kasih sayang
(ampunan) kepada kalian, tetapi jika kalian kembali (pada dosa-dosa
kalian) Kami pun akan kembali (pada hukuman-hukuman Kami); dan Kami telah
menyiapkan neraka sebagai penjara bagi orang-orang yang ingkar (menolak
untuk beriman).” (al-Qur’an, Bani Israel, 17: 8)
7.Peringatan Tuhan mengenai hukuman
terburuk akan ditimpakan kepada
umat Yahudi Al-Qur’an
memberi peringatan sejelas dan seterang mungkin kepada umat
Yahudi bahwa suatu hari mereka akan menghadapi kenyataan yang sekarang
menghadapi mereka, yaitu Ya’juj-Ma’juj dan Dajjal al-Masih Palsu yang
dilepaskan ke dunia. Umat Yahudi menolak beriman pada al-Qur’an sebagai
wahyu yang diturunkan Tuhannya Ibrahim dan pada Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam) sebagai Nabi Terakhir dari Tuhannya
Ibrahim. Akibatnya
mereka tidak dapat mengenali kenyataan itu:
“Dan, Ingatlah! Ketika Tuhan kalian memberitahukan,
bahwa sungguh, Dia akan mengirim orang-orang yang akan menimpakan azab
yang seburukburuknya kepada mereka (umat Yahudi) sampai Hari Kiamat.
Sesungguhnya Tuhan kalian sangat cepat siksa-Nya, tetapi dia juga
Maha Pengampun, Maha Pengasih.” (al-Qur’an, al-’Araf, 7:167)
Hukum
Allah Maha Tinggi adalah hukuman harus sepadan atau sebanding dengan
kejahatan. Dan karena umat Yahudi melakukan kejahatan terburuk dalam
usaha mereka menyalib ‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam), mengubah Taurat, dll.,
mereka akan membayarnya dengan hukuman terburuk. Hukuman itu akan dimulai
bahkan sebelum Hari Penghakiman, sesungguhnya hukuman itu akan dimulai
setelah Nabi Terakhir (Muhammad saw.) datang ke dunia lalu mereka tolak.
Rangkaian peristiwa dramatis kemudian terjadi menuju puncak hukuman terburuk
bagi umat Yahudi. Allah akan mengangkat mereka yang berperan sebagai
pemain besar dalam drama tersebut: Ya’juj-Ma’juj dan Dajjal al-Masih Palsu.
8. Kebutaan spiritual umat Yahudi
saat tiba waktunya hukuman final Allah
Maha Tinggi telah memastikan sendiri bahwa umat Yahudi dan umat yang
tidak beriman di dunia, tidak akan mampu menyadari kenyataan dari keadaan
mereka sendiri:
“Aku akan memalingkan mata orang-orang yang
menyombongkan diri tanpa alasan yang benar di bumi dari Tanda-tanda-Ku,
sehingga bahkan jika mereka melihat setiap Tanda, mereka tidak akan beriman
padanya. Jika mereka melihat jalan yang benar yang membawa mereka pada
petunjuk, maka mereka tidak akan menempuhnya, tetapi jika mereka melihat
jalan kesesatan maka mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena
mereka mengingkari Ayat-ayat Kami dan mereka lalai terhadapnya.” (al-Qur’an, al-’Araf, 7: 146)
Pemain
besar dalam drama Zaman Akhir tidak lain adalah al-Masih Palsu, Dajjal.
Alat paling penting yang Allah Maha Tinggi berikan kepada Dajjal (untuk
menyelesaikan misinya) adalah ‘mata satu’-nya. Dajjal buta pada mata kanannya,
dan hal itu menandakan kebutaan mata hati internal spiritualnya. Semua
orang yang ditipu olehnya adalah mereka yang buta secara spiritual dan karenanya
tidak mampu melihat dan mengenali Tanda-tanda Allah pada Zaman Akhir.
Ini akan berlanjut hingga kembalinya al-Masih Asli, ‘Isa (Jesus) putra
Maryam.
9. Ditemukannya jenazah Fir’aun yang
menandakan bahwa umat Yahudi akan
mengalami nasib yang sama seperti yang dia alami Al-Qur’an
menyediakan Tanda lain untuk menunjukkan bahwa hitungan mundur
bagi kehancuran Israel pada Zaman Akhir sekarang telah dimulai dan
bahwa hukuman terburuk akan ditimpakan Allah Maha Tinggi kepada mereka.
Tanda Tuhan tersebut adalah ditemukannya jenazah Fir’aun yang telah
ditenggelamkan saat dia berusaha menyeberangi Laut Merah untuk mengejar
Musa (‘alayhi salam). Allah Maha Tinggi telah membelah
lautan untuk menyelamatkan
Bani Israel. Dan setelah mereka menyeberang dengan selamat, Dia
menurunkan air laut yang menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya. Al-Qur’an
menyebutkan hal ini:
“Dan ingatlah saat Kami membelah laut untuk kalian
dan menyelamatkan kalian dan menenggelamkan orang-orang Fir’aun di
hadapan pandangan kalian.” (al-Qur’an, al-Baqarah, 2: 50)
Bani
Israel tidak mengetahui dan masih tidak mengenali bahwa mereka sendiri
suatu hari akan dihancurkan dengan cara yang sama seperti Fir’aun jika mereka
mengkhianati Allah Maha Tinggi dan melakukan dosa-dosa tertentu.
Bagaimana
Fir’aun mati? Para pembaca yang terhormat mungkin terkejut jika
membaca ayat al-Qur’an mengenai kematian Fir’aun:
“Kami selamatkan Bani Israel menyeberangi lautan,
kemudian Fir’aun dan pasukannya mengikuti mereka dengan keangkuhan dan
kedengkian. Akhirnya saat diliputi dengan air, dia berkata: (sekarang) Aku
percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang diimani Bani Israel, aku
adalah termasuk orangorang yang berserah diri (kepada Allah Maha Tinggi, kepada
Islam).” “(Dikatakan kepadanya): Mengapa baru sekarang!
Padahal sesaat yang lalu, kamu dalam (keadaan) durhaka! Dan kamu
melakukan penindasan (dan kekejaman)!”
“Maka hari ini (Kami memutuskan bahwa), Kami akan
menyelamatkan jasadmu (Kami akan menjaga jenazahmu), sehingga kamu
(jenazahmu saat ditemukan) dapat menjadi Tanda bagi orang-orang yang
datang setelahmu! Tetapi sesungguhnya, kebanyakan manusia tidak
mengindahkan Tanda-Tanda Kami!” (al-Qur’an, Yunus, 10: 90-92)
“Maka saat mereka terus menentang Kami, Kami
menimpakan balasan Kami kepada mereka dan menenggelamkan mereka semua.”
“Maka Kami jadikan mereka kaum dari masa lalu dan
suatu pelajaran untuk orang-orang yang datang setelah mereka.” (al-Qur’an, az-Zukhruf, 43: 55-56)
Dengan
demikian, al-Qur’an membuat nubuat bahwa jenazah Fir’aun eksodus
suatu hari akan ditemukan, dan menjadi tanda dari Tuhan. Secara menakjubkan,
jenazah Fir’aun tersebut ditemukan pada saat mendekati akhir abad
ke-18 M. Bahkan, itu adalah Tanda yang lebih tidak menyenangkan bagi umat
Yahudi karena Gerakan Zionis pun dibentuk pada waktu yang berdekatan dengan
ditemukannya jenazah Fir’aun tersebut. Jelas bahwa Dajjal al-Masih Palsu
adalah dalang di balik pembentukan Gerakan Zionis. Dan dengan begitu, Zaman
Ya’juj dan Ma’juj pun adalah Zaman Dajjal.
Dampak
dari hal di atas adalah umat Yahudi sekarang dipandu oleh Dajjal al-Masih
Palsu dan oleh Ya’juj dan Ma’juj pada jalan menuju hukuman terburuk
yang akan menimpa mereka dan akan memuncak dengan kehancuran yang
ditakdirkan Tuhan. Akhir yang akan datang kepada mereka adalah sama seperti
akhir yang datang kepada Fir’aun. Akhir yang bagaimanakah itu?
Penemuan
jenazah Fir’aun adalah Tanda yang penting dari Allah Maha Tinggi
bahwa dunia saat ini akan menyaksikan drama terbesar yang pernah ada
dalam kehidupan nyata manusia. Waktu sudah habis bagi umat Yahudi secara
khusus dan bagi seluruh umat manusia pada umumnya. Orang-orang yang
hidup seperti Fir’aun sekarang akan mati dengan cara yang sama seperti Fir’aun
mati.
10. Umat Yahudi tidak akan mempunyai
pilihan kecuali mempercayai
‘Isa sebagai al-Masih saat dia kembali tetapi hal itu sudah
terlambat untuk menyelamatkan mereka dari hukuman yang mengerikan
dan dari api nereka Setelah
al-Qur’an menceritakan peristiwa umat Yahudi yang berusaha menyalib
‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam) dan kemudian berseru dengan sombong bahwa
mereka telah membunuhnya, Allah Maha Tinggi menyampaikan peringatan
yang paling tidak menyenangkan. Umat Yahudi yang menolak ‘Isa (‘alayhi salam) sebagai al-Masih (dan umat Kristen yang menyembah ‘Isa (Jesus) sebagai
Tuhan) diperingatkan bahwa mereka akan percaya padanya (‘Isa) sebelum
‘Isa (‘alayhi salam) mengalami Maut, yaitu setelah ‘Isa (‘alayhi salam) kembali
dan sebelum ‘Isa (‘alayhi
salam) mati. Maka dari itu,
umat Yahudi akan
percaya bahwa ‘Isa (‘alayhi
salam) adalah al-Masih dan
umat Kristen akan berhenti
menyembahnya sebagai Tuhan dan mengakuinya sebagai seorang Nabi:
“dan tidak akan ada Ahli Kitab kecuali akan percaya
padanya sebelum kematiannya; dan pada Hari Penghakiman dia akan
menjadi saksi terhadap mereka.” (al-Qur’an, an-Nisa, 4:159)
Ayat
di atas menandakan bahwa saat ‘Isa (‘alayhi salam) kembali, umat Yahudi
tidak hanya akan mengakui dan menegaskan keimanannya pada ‘Isa sebagai
al-Masih, tetapi juga akan, sebagai dampaknya, mengakui dan menegaskan
keimanannya pada Muhammad (shollallahu
‘alayhi wassalam) sebagai Nabi
terakhir yang diutus Tuhannya Ibrahim, dan al-Qur’an sebagai ‘Kitab Wahyu
Tuhan’ yang terakhir. Tetapi penegasan menit terakhir itu tidak akan bermanfaat
bagi umat Yahudi seperti pengakuan iman pada menit terakhir hidup
Fir’aun yang tidak bermanfaat baginya. Itulah pesan yang tidak menyenangkan
bagi umat Yahudi yang muncul sebagai akibat dari penemuan jenazah
Fir’aun!
Dampak
yang lebih jauh, penting bagi pemahaman yang benar mengenai proses
kehidupan dunia yang bergerak menuju puncak, adalah bahwa umat Yahudi
dan orang-orang yang tidak beriman akan tetap sepenuhnya diyakinkan sampai
saat terakhir sebelum puncaknya, bahwa mereka berada di jalan keberhasilan.
Dan di dunia pada Zaman Akhir, Tuhan menakdirkan Kebenaran Islam
adalah sesuatu yang dianggap oleh pengamatan eksternal telah gagal.